[12] Apa kita pernah bertemu?

15 8 0
                                    

"terkadang kita ingat nama orang yang pernah ada di masa lalu, namun lupa dengan wajah nya."

Setelah pulang sekolah Eliya akhirnya kembali ke rumah sakit, tanpa pulang ke rumah dahulu. Ia sudah sangat khawatir dengan nenek Ani dan juga hasil lab yang belum ia terima.

Eliya menyusuri lorong demi lorong, ia sudah pergi ke ruang UGD tadi dan nenek Ani di pindah ke ruang Mawar lantai dua.

Gadis itu berjalan dengan fokus melihat kamar-kamar yang ia lewati hingga ia tak sengaja menabrak seseorang.

Bruk

"Ahk.." Eliya terjatuh di lantai rumah sakit itu, bokongnya menghantam lantai cukup keras.

Dan ponsel seseorang yang menabrak Eliya jatuh di samping Eliya. "Aduh kalo jalan tuh pake mata plus kaki dong! Jangan mata lo aja yg kesana kemari!" gerutu nya sembari mengambil ponselnya yang terjatuh.

Eliya buru-buru bangkit dan membersihkan bokongnya. "Maaf, saya gak sengaja." ucap Eliya sembari menundukkan wajahnya.

Lelaki berjaket hitam kulit itu memperhatikan Eliya dari atas sampai bawah, gadis ini nampak tak asing baginya. Tapi ia hanya acuh saja lagi pula tak penting, namun ia agak kesal karena percakapan chat nya dengan seseorang malah terganggu.

Eliya menunduk saja menunggu balasan dari orang itu, namun ia tak menjawab permintaan maaf Eliya malah langsung pergi saja.

Huh Eliya agak kesal padahal laki-laki itu juga bersalah karena tidak memperhatikan jalan.

Sudahlah ia akan kembali mencari kamar nenek Ani dan setelah melewati dua kamar Eliya pun menemukan kamar Mawar no 23.

"Assalamualaikum nek." Sapa Eliya dan benar saja ini kamar nenek Ani.

Nenek Ani tersenyum saat ini ia sedang duduk di atas brankar kamar rawat inap itu. "Waalaikumsallam Eliya."

"Gimana keadaan nenek?" tanya Eliya sembari duduk di sebelah nenek Ani.

"Nenek baik kok nak, nanti kita pulang aja ya?" ucap Nenek Ani.

Eliya merenyit. "Nek, emang udah di suruh sama dokternya untuk pulang? Nenek kan harus di rawat dulu."

"Tapi nenek udah baik-baik aja Eliya, gak perlu. Lagi juga nenek gak mau ngerepotin kamu terus." balas nenek Ani.

Nenek Ani selalu begitu ketika Eliya membawa nya ke rumah sakit atau puskesmas. Padahal Eliya masih khawatir jika nenek Ani pulang dengan cepat.

"Hasil lab nya udah keluar nek?" Tanya Eliya.

"Hem udah, tapi di minta dokter nya lagi untuk di tulis ke rekaman medis nanti." jawab nenek Ani.

Eliya masih agak bingung. "Tapi hasilnya apa nek? Nenek baik-baik aja kan, gak ada penyakit serius."

Nenek Ani tersenyum, seraya mengusap puncak kepala Eliya sayang. "Nenek gak sakit serius kok."

Eliya menghembuskan napasnya lega. "Eliya lega dengernya nek." Di sela percakapan ada satu yang lupa ia katakan pada nenek Ani.

"Oh iya nek, Eliya punya kabar bagus buat nenek." seru Eliya gembira.

"Apa Eliya?" Tanya nenek Ani begitu penasaran.

"Eliya besok mau tes pertukaran pelajar di SMA Nirwana, dan wali kelas Eliya sendiri yang Ngajukan Eliya untuk kesana."

Mata nenek Ani berbinar, akhirnya cita-cita Eliya cucunya sebentar lagi akan tercapai. Nenek Ani memeluk Eliya begitu bahagia.

"Akhirnya cita-cita kamu sebentar lagi tercapai nak, nenek doa kan semuanya lancar. Dan kamu bisa bertemu lagi dengan Lino nanti."

I Wanna Be With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang