[16] SMA Nirwana

3 2 0
                                    

Hari ini tiba, hari dimana Eliya gadis pintar itu akan pindah ke SMA Nirwana. Sekolah impiannya selama ini.

Dulu ia pernah terhalangi untuk masuk ke SMA itu karena laki-laki yang ia benci padahal itu bukan kesalahan dirinya tapi laki-laki itu selalu saja menyalahkan dirinya dan tak terima dengan apa yang ia lakukan.

Itu sebabnya laki-laki itu tak terima dan membuat Eliya tak tenang setiap harinya. Serta menggagalkan Eliya untuk masuk ke sekolah impiannya, dan sekarang ia tak perlu khawatir dengan kemampuan nya lagi ia bisa di terima di SMA itu.

Eliya sangat bahagia, entah bagaimana nanti ia beradaptasi dengan sekolah baru. Eliya berdoa semoga saja semua berjalan dengan lancar dan segala urusannya di mudah kan oleh Tuhan.

"Eliya sudah siap nak?"

Eliya menoleh saat melihat nenek Ani yang berdiri sembari melihatnya merapikan seragam nya.

"Iya nek, hari ini Eliya pindah sekolah."

Nenek Ani tersenyum senang, ia bahagia melihat senyum di wajah Eliya. "Iya nak, nenek doakan semua yang kamu lakukan lancar. Dan bisa punya temen baru."

Eliya menghampiri nenek Ani dan memeluk nya dengan erat. "Makasih ya nek, udah urus Eliya sampai sekarang. Eliya seneng banget punya nenek Ani di hidup Eliya."

Nenek Ani mengusap surai hitam Eliya. "Nenek juga bersyukur punya cucu sebaik Eliya, yang mau ngurus nenek yang sakit ini."

Eliya melepaskan pelukannya. "Apapun Eliya lakuin untuk nenek, supaya nenek sembuh."

Tapi nenek udah tidak bisa menemani kamu Eliya, nenek tidak mau terus menjadi beban untuk kamu. Sudah cukup nenek menyusahkan kamu, suatu saat kamu pasti bahagia jika nenek pergi.

Lino pasti akan mencari kedua orang tua kamu, jangan pernah benci Lino karena dia akan kembali mencari mu Eliya. Batin nenek Ani.

"Kalau umur nenek udah gak panjang, Eliya harus tetap bahagia ya."

Eliya terdiam, air matanya mengalir begitu saja saat melihat raut nenek Ani yang berubah. "Nenek gak boleh ngomong seperti itu, nenek harus selalu nemenin Eliya."

Nenek gak janji Eliya.

"Maafin nenek, gak bisa bahagiakan Eliya. Nenek harap suatu saat pasti ada seseorang yang bahagiakan Eliya." ujar Nenek Ani.

Eliya kembali memeluk nenek Ani sayang, ia tak ingin kehilangan neneknya. "Eliya bahagia bersama nenek disini."

"Iya nak," nenek Ani melepaskan pelukannya. "Udah siang nih, kamu harus berangkat nanti telat."

Nenek Ani menghapus jejak air mata Eliya lembut. Ia melihat kalung yang melingkari leher jenjang Eliya, nenek Ani tersenyum.

"Nenek tetap telfon Eliya kalau ada apa-apa," tukas Eliya sembari mencium punggung tangan nenek Ani.

"Iya Eliya, ini bekal kamu. Jangan lupa." balas nenek Ani seraya menyerahkan bekal Eliya.

Eliya tersenyum dan mengambil bekal nya lalu memasukkan bekal itu di dalam ransel nya.

I Wanna Be With You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang