CHAPTER #36

8.1K 698 10
                                    

"Souls don't meet with
accident."

─Raphael

***

CHAPTER #36

***


SUDAH menjadi tradisi bagi Nana mengundang teman-temannya ke rumah, hanya untuk makan besar. Karena kebetulan Ina dan Marcell sedang staycation, Nana hanya sendirian di rumah. Raphael tidak tahu, karena Nana sengaja tidak mau membiarkan lelaki itu memanfaatkan keadaan nantinya.

Arie, Dinda dan Prav. Konteks makan besar itu ya Nana, Bibi Yum memasak makanan rumah ala Sunda yang nikmat tapi mengenyangkan. Nasi liwet, dengan ikan teri di campur bumbu aroma sereh yang kuat, serta petai, daun kemangi. Memang gilaaaaa, Nana tuh rela mengeluarkan duit sebanyak apa pun hanya untuk makanan.

Nana, hidup untuk makan. Dan makan untuk hidup. Baginya, nikmat ketika sehat adalah nikmat ketika kita bisa makan enak. Nana baru saja mengeluarkan ayam bakar dari panggangan. Tolong, ayam bakar mentega ini di buat penuh perjuangan karena permintaan siapa? Yap, permintaan Raphael!

Raphael kebetulan datang telat, karena Sabtu pagi ini dia harus mengadakan meeting dadakan. Sementara Nana, Senin depan sudah mulai sibuk comeback atas mini albumnya.

"ANJING!" pekik keras Prav yang baru saja mencolek sambal terasi yang baru saja Bibi Yum simpan di atas alas daun pisang.

Jakarta siang ini memang panas, tapi Nana sengaja makan di ruangan Yoga─Ina yang punya space besar, kosong, luas dan jendela besar yang menghadap ke arah kolam renang.

"Kenapa Njing?!" balas Arie tak kalah penasarannya.

"Lo coba sendiri, Setan! Ini sambal Setan namanya!" kata Prav dengan heboh.

Nana tertawa puas mendengarnya, sementara Bibi Yum hanya menahan tawanya. "Ya ampun... Bibi Yum, Sayang.. Pedes lho nanti gue makan sambal ini." adunya dengan manja.

Bibi Yum hanya menggeleng. "Ya udah, jangan di makan sambalnya, Den Prav!"

"YA MANA AFDOL MAKAN LIWET NGGAK PAKAI SAMBAL?!"

"Hadeuhhh.. Sama saos aja lo sono!" titah Arie kepada Prav.

Prav malah manyun, lalu Nana memberikan semangkuk tumis cumi yang diberikan potongan sayuran kacang panjang dengan saus tiram.

"Gue jadi penasaran sama anggaran dapurnya Nana deh." celetuk Dinda begitu saja. "Masa tiap kita makan nggak pernah di tagih iuran?"

Yang tersedak bukan Nana, tapi Prav yang tengah mengunyah kerupuk udang. "Din," kata Prav berusaha bersikap sabar pada pacar temannya itu. "Harga diri Nana bisa hancur karena minta iuran sama lo. Ya kali?!"

"Ya kan rugi, Prav kasih makan kita terus tiap minggu?!"

"Ini namanya membuka pintu rezeki, Non.." balas Bibi Yum.

Nana hanya tersenyum saja mendengarnya. "Kan, ladang rezeki bukan hanya kita beramal saja. Non, Den Arie, Den Prav, Den Raphael kalau datang ke rumah itu sebagai tamu. Dalam Islam, menyenangkan tamu itu pahala, dan sudah menjadi kewajiban bagi pemilik rumah membuat tamu merasa kenyang, dan senang atas pelayanan kita."

Bumerang | TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang