CHAPTER #47

9.7K 655 5
                                    

"People usually are
the happiest at home."

─William Shakespeare

***

CHAPTER #47

***

KALAU ada yang tanya Raphael dan Nana tinggal dimana setelah nikah, jawabannya adalah rumah keluarga Raphael. Jadi, Nana tetap nggak keluar dari Cluster Perdana itu, rumah masa kecil dan rumah keluarganya masih ada di hadapan rumahnya sekarang.

Mama dan Papa mertuanya mengatakan kalau rumah Cluster itu hadiah pernikahan untuk Nana dan Raphael. Mereka berdua memilih mengalah membeli satu rumah di komplek Senayan, sementara Nana dan Raphael tetap tidak pindah dari Perdana.

Alasannya, banyak kenangan yang sudah hidup sejak kecil, alangkah baiknya kalau Nana dan Raphael meneruskannya dengan baik.

Respon Raphael tentu saja senang, tapi tidak dengan Nana. Maksudnya, jadi ngaruhnya apa kepada dia? Menikah dan ikut suami hanya pindah beberapa langkah dari rumah miliknya. Sementara itu, rumah hanya di isi oleh Bibi Yum. Mamanya, kembali ke Jepang karena pengobatan Omanya sudah berjalan di sana lebih dulu.

Jadi, Nana masih bisa main ke rumahnya kalau gabut. Hah, sungguh lucu sekali.

Bahkan Nana sengaja tidak memindahkan barang perabotannya, pakaiannya masih ada di rumahnya. Raphael bilang, Nana tidak perlu membawa apa pun, karena dia bilang akan membelikan barang baru untuknya.

Jadi, semua furnitur di rumah Raphael memang ada beberapa yang diganti. Tapi foto-foto yang sudah menghiasi dinding rumah itu tidak ada yang diubah dari posisinya, terkecuali.. Di beberapa sudut terpenting sudah ditambahkan oleh foto pernikahan mereka.

Dan kali ini, Nana menggantungkan foto Raphael dan dirinya yang diambil di Cannon Beach, Oregon. Sopir pribadi Bramantyo, menjadi tour guide Nana dan Raphael, mereka banyak mendatangi berbagai tempat wisata. Oregon dan kekayaan alamnya memang membuat Nana senang.

Mereka hanya menghabiskan waktu satu minggu di Oregon, tidak lama. Karena Raphael harus kembali bekerja, dan rumah mertuanya yang kini menjadi rumah dirinya juga harus segera di urus.

Foto itu foto sederhana, Raphael merangkul pinggang Nana dari belakang. Nana menutup wajahnya dengan kedua tangannya, namun kedua matanya masih menatap ke arah kamera karena malu.

Yah, daripada dinding kamar sepi ye kan..

Setelah memastikan semua rumah itu rapi, dibantu oleh Bibi Yum tentunya, karena beberapa posisi barang terlalu memakan banyak tempat, Nana mengungsikan sebagian barang ke gudang. Dibantu oleh sopir Papa mertuanya, Zaenal.

"Udah, Non?" tanya Bibi Yum yang kini membawa satu box kardus berisikan kumpulan komik milik Raphael yang tadi ada di kamar.

"Udah, simpan aja di gudang ya, Bi. Biar Raphael kalau cari biar tinggal ambil di sana."

"Siap, Non."

Nana merebahkan tubuhnya di atas sofa bed, kamar Raphael memang menghadap langsung ke arah depan. Makanya, sejak dulu Nana sering tertangkap basah memperhatikan tingkah Raphael dari jendela kamarnya yang jarang tertutup jendela.

Bumerang | TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang