2.

24 16 14
                                    

"BANGUN ANGGA!", teriakku tepat di telingan kiri milik laki-laki itu, membuatnya langsung terduduk kaget.

"Ira, gak usah teriak-teriak nanti gua tuli gimana?", ucapnya sambil memegangi telinganya.

Dia adalah Anggara, laki-laki menyebalkan yang menjadi teman semasa kecilku hingga saat ini.

Dia menyebalkan, tapi aku menyukainya.
Dan asal kalian tau, kami itu berbeda keyakinan.
Hal itu yang membuat ku merasa bodoh, karna telah menyukainya yang berbeda dengan ku.

"Abisnya lo gak bangun-bangun", ucap ku kesal

"Ya tapi cara bangunin lo itu salah", Amggara menatapku dengan raut wajah sebal.

"Trus gua harus gimana? ", aku bertanya dengan raut wajah kesal.

" Gini nih", Ucap Anggara lalu mendekat ke arah ku, entah apa yang akan ia lakukan.

Tiba-tiba Anggara mengusap kepala ku dengan lembut.

"Nih kalo bangunin gua tuh, di usap dulu kepala nya, terus lo bilang Angga sayang bangun", ucapnya wajahnya berubah menyebalkan.

"Ih geli", balas ku sambil bergidik geli "lo mandi sana, gua gak mau kesiangan gara-gara lo", lanjutku sambil mendorong tubuh Anggara, agar bangun dari tempat tidur nya.

"Yaudah gua mandi dulu", ucap Anggara lalu mengambil handuk yang tergantung di pintu lemari miliknya.kemudian bergegas pergi menuju kamar mandi.

Aku yang melihat kamar Anggara begitu sangat berantakan, kemudian membereskan kasurnya, dan mengambil semua sampah yang berserakkan di lantai.

" Ckckck, berapa bulan nih kamar gak di rapihin", ucap ku lalu mengambil sapu kecil yang berada dibawah meja belajar milik Anggara.

Aku membereskan bantal yang tidak tersusun, lalu menyapu kamarnya dengan teliti dan perlahan hingga Akhirnya semua terlihat rapih dan bersih.

Tak perlu waktu lama semuanya kini sudah terlihat rapih.
Kamar yang tadinya terlihat berantakan, kini terlihat bersih dengan bantal yang sudah tersusun di tempatnya, juga buku yang sudah tersusun di rak nya.

"Kalo kaya ginikan enak di liatnya".

"Wow, kamar gua rapih amat, ini kamar gua atau gua salah masuk kamar?", ucap Anggara yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Iyalah, kan gua yang rapihin", ucapku bangga.

"Makasih Ra".

"Iya sama-sama", jawab ku sambil tersenyum.

" Dah sana lo keluar, gua mau ganti baju, kalo lo disini, apa kata tetangga nanti", Ucap Anggara.

Laki-laki itu memang sering berfikiran yang tidak-tidak.

Aku hanya menatapnya, lalu keluar dari kamarnya, lalu menuruni tangga menuju meja makan.

"Gimana Anggara udah bangun?", Ucap Clarisa-ibu dari Anggara.

"Sudah, Sekarang Anggara sedang mengganti baju" .

"Maaf ya Ira, jadi merepotkan kamu terus, soalnya Anggara gak mau bagun, kalo gak di bangunin kamu", ucap Clarisa merasa tidak enak.

"Gak papa kok Tante, lagi pula Ira gak ngerasa di repotin", Ucapku lalu tersenyum.

"Makasih Ira", ucap clarisa lalu membalas tersenyum.

" Tante, om Algar kemana?".

"Papa nya Anggara lagi ada kerjaan di luar kota, baru saja kemarin lusa berangkat", jawab Clarisa sambil memberi selai kepada roti yang ia pegang.

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang