21.

6 3 10
                                    


"Tadi Ira kenapa? " Tanya Indra  setelah Anggara keluar dari dalam kamar ku.

"Perlu waktu buat cerita, kalo sekarang gua cerita bisa-bisa besok baru selesai," jawab Anggara lalu pergi menuju kamar tamu, kemudian menjatuhkan tubuhnya tanpa aba-aba.

"Lu beneran pacaran sama Ira, Angga? " tanya Indra kembali.

"Beneran,"jawab Anggara singkat.

"Lu berdua kan beda agama, lu gak takut dosa? "

Anggara hanya terdiam, malas untuk menjawab semua pertanyaan yang Indra lontarkan.

"Gausah nanya mulu, gua males jawabnya," Anggara menjawab dengan ketus memperlihatkan ekxpresi tidak suka.

Tapi jujur kini di dalam hatinya, Anggara sedang memikirkan hal itu juga.

"Apa seharusnya gak kayak gini?" bisik Anggara dalam hati.

Anggara mencoba sekuat tenaga untuk tidak memikirkannya, lalu berusaha untuk tidur.

Matanya kini sudah tertutup, begitu juga dengan Indra yang lebih memilih tidur di sofa, karna enggan tidur satu kamar bersama Anggara.

♥♥♥

"Ira!" suara samar terdengar di gelapnya lagit malam, suara imut milik wanita yang ku kenal.

Leksa briana abigela, sahabat yang sangat aku rindukan, aku menatapnya berjalan menuju arah aku di gelapnya malam, menggunakan baju putih yang terlihat Anggun saat di pakai olehnya.

"Sa, gua kangen banget sama lo," bicaraku sambil memeluk tubuh sahabatku itu.

"Aku juga, " ucapnya sambil melepaskan pelukan kita.

" Reza sakit,Sa"

"Aku tau," ucapnya sambil tersenyum, senyuman manisnya terlihat sempurna, "Kuatin dia ya Ra, dia butuh penyemangat, aku udah enggak bisa semangatin dia lagi. Jadi aku minta kamu semangatin dia terus ya, Ra" lanjut Leksa.

Aku mengangguk lalu berjanji untuk selalu menguatkan Reza.

"Gue janji"

"Aku titip Bunda sama Vio, jagain mereka ya. Leksa pergi dulu, nanti kapan-kapan kita ketemu lagi," ucap Leksa sambil mengusap bahuku, aku hanya mengangguk dan enggan memintanya untuk tidak pergi.

Leksa memundurkan langkahnya dan mengilang di balik tebalnya kabut malam,
sedangkan aku kemudian terbangun dari mimpiku.

Aku tersenyum menatap bingkai foto yang berisikan foto ku, Leksa, Reza, Anggara, Tomi, Devan, dan Reyan saat kami bersama. Kami tersenyum manis, terlihat kebahagian terpancar jelas.

"Gua janji Sa, gua akan selalu nguatin Reza buat lo," bicaraku berjanji dengan sungguh-sungguh.

Setelah mengatakan itu, aku kemudian memalingkan tatapanku lalu menatap jam yang terpajang di dingding kamar.

Jam kini memasuki puluk 06:00, pukul masuk sekolah adalah jam 08:15, masih ada cukup banyak waktu untuk bersiap-siap.

"Angga!" ucapku membangunkan Anggara yang masih terlelap di dalam mimpi.
"Ayok bangun, kita mau sekolah," lanjutku sambil menggerak-gerakan tubuh pria itu.

Anggara membuka matanya, lalu tersenyum menatapku.

"Pagi-pagi udah di sambut bidadari," bicaranya sambil tersenyum membelai pipiku.

"Masih pagi Angga, jangan gitu" ucapku lalu meraih tangan pria itu yang menyentuh pipiku kemudian menariknya untuk membangunkannya,

"Angga ayo, bangun sendiri badan kamu berat," bicaraku yang sudah lelah berkali-kali mencoba menarik tangan pria itu namun tak kunjung bergerak.

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang