13.

8 8 0
                                    

Malam ya ini entah mengapa rasanya banyangan Leksa selalu datang, bayangannya yang selalu tersenyum memanggil namaku.

Aku sedikit merasa takut, namun aku rindu akan kehadiran Leksa yang selalu mengechat ku setiap malam, menceritakan harinya saat bersama Reza. Aku rindu curhatannya, rindu suara imutnya yang setiap hari ku dengar di pesan voice note miliknya.

Taklama setelah aku memikirkan Leksa, Anggara tiba-tiba datang, masuk kedalam kamarku, dan menjatuhkan diri di atas kasur ku.

"Numpang tidur", ucap Anggara yang tiba-tiba datang bagai jalangkung.

"Angga kok lo tidur disini?, sana pulang!", entah mengapa pria itu malah membaringkan diri di kasur ku, dengan tatapan yang mengacuhkan semua ucapan ku.

"Ih gua mau tidur, lo sana pulang", ucap ku sembari menarik kaki panjang milik pria itu.

Sangat sulit, bahkan mengangkat satu kaki milik Anggara saja terasa sangat berat.

"Udah kalo lo mau tidur, ya tinggal tidur", ucap Anggara santai.

"Ya lo pulang, gimana gua mau tidur kalo di kasur gua ada lo?".

"Tidur aja sini deket gua, sini!", Anggara menarik tangan ku, membuat ku terjatuh di samping tubuhnya.

Kemudian Anggara menjepit tubuhku menggukan kakinya, membuat ku tak dapat bergerak.

"A-angga, lo gak usah macem-macem" ucap ku yang kini terbata-bata.

"Lo tidur aja, gak usah banyak ngomong".

"Anggara lo tengil banget ih", ucap ku sambil berusaha melepaskan kaki pria itu dari tubuh ku.

"Gausah bangak ngomong cerewet, gua suruh tidur ya tidur. Lu pacar gua harus nurut! ", perkataan Anggara membuatku terdiam, dan mengingat kembali bahwa kita sudah resmi berpacaran.

Aku kemudian menutup mataku, berusaha untuk tidur di posisi seperti itu, walau sebenarnya sulit.

Jantungku bagai sedang berpesta jedak-jeduk saat ini.

"Gua tidur, tapi lo jangan macem-macem", ucap ku memperingat kan kembali.

"Iya gua gak ngapa-ngapain, kok", jawab Anggara.

Anggara menyelimbuti tubuh ku, lalu ikut memejamkan mata dan tidur di sampingku.
Entah ada apa dengannya hari ini, tapi setidaknya aku yakin, Anggara tidak akan melakukan hal macam-macam terhadap ku.

♥♥♥

Takterasa hari sudah pagi, aku bangun lalu membuka jendela kamarku menatap langit. Kemudian menatap Anggara, pria itu masih memeluk guling milikku di samping tubuhnya, matanya masih tertutup.

"Angga bangun, ayok sekolah", ucap ku sambil menarik guling yang sedang Anggara peluk.

"Apasih Ra, gua masih ngantuk, udah libur aja dulu", jawab Anggara dengan mata yang masih tertutup.

"Nanti lo di marahin tante Clarisa loh?" .

"Nanti gua yang bilang, udah sini lo tidur lagi", pintanya.

"Gak mau, gua mau nyari tukang bubur".

"Mau gua temenin?" ucap Anggara menawarkan.

"Katanya lo masih ngantuk"

"Iya gua emang ngantuk, tapi gua juga laper"

"Yaudah ayok" ucap ku, Anggara lalu bangun dari posisinya.

♥♥♥

Aku dan Anggara berjalan melewati taman, menuju tukang bubur langganan kami.

"Kenapa gak naik motor aja?", tanya ku yang kini mulai merasa lelah berjalan.

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang