Kini waktu memasuki jam 8 malam, aku membuka jendela kamar ku yang bersebelahan dengan Anggara, kemudian menatap langit yang di penuhi banyak bintang. Dulu Anggara pernah bilang, "Ra, liat deh ke-atas, banyak bintang bukan?, kata Mamah Nenek udah pergi dan sekarang jadi bintang di langit. Ira aku mau nanti, aku yang jadi bintang duluan sebemum Mama, Papa, dan kamu, nanti setelah aku jadi bintang jangan lupa sapa aku di atas ya", entah apa maksudnya aku taktau, mungkin aku terlalu polos pada saat itu.Aku menatap jendela kamarnya yang masih tertutup, dari dulu hingga sekarang aku selalu melihatnya muncul dari jendela itu memanggil nama ku, dulu suara Anggara begitu lucu, tapi kini suaranya berubah menjadi sangat berbeda, dulu aku selalu meledeknya ketika ia marah, karna suaranya yang tidak terdengar seperti sedang marah. Tapi kini aku sangat takut saat ia marah dan mengeluarkan suara dengan nada tingginya.
Anggara tidak pernah kasar, hanya saja dia akan sangat marah jika melihat ada luka yang sengaja ku buat.
Walau pun sudah ku bilang, luka itu yang bisa mambuat ku merendamkan emosiku, tetapi dia tetap saja memarahi ku.Anggara dari dulu hingga sekarang memang tidak pernah berubah, dia selalu bersikap lebih dewasa dari padaku. Terkadang dia manja, dan bersifat kekanakkan tapi, Anggara tidak pernah membiarkan ku melakukan sesuatu yang menurutnya tidak baik untukku lakukan.
Aku pernah menangis karnanya, menangis sangat kencang saatnya tertabrak karna ku, dia menyelamat kan ku dan merelakan dirinya terluka hingga koma selama 2minggu.
Saat itu terjadi aku berumur 14tahun dan dia berumur 15tahun. Aku menjerit menatap tubuhnya yang terpental, kemudian menangis saat menatapnya di bawa memasukki ambulans.
Aku kira keinginannya akan terkabukan dengan cepat, keinginan menjadi bintang di langin sebelum orang tuanya dan aku. Kukira akan terhujut saat itu, dan aku akan kehilangan nya padasaat itu juga, Tapi ternyata tidak, Anggara berhasil berjuang dan hanya mengalami koma.
aku benar-benar menyesal karan melewati jalan itu, aku menyesal karna harus bersama Anggara padasaat itu. Seandainya Anggara tidak bersama ku pada saat itu, mungkin akulah yang akan tertabrak dan bukan dia.
Anggara membuka jendela kamarnya.
"Hai cantik", sapanya sambil tersenyum.
"Mata lo kok bengkak, abis nangis? ", ucapnya sambil memperhatikan mataku."Iya", ucap ku jujur.
"Kenapa? ", Anggara bertanya dengan raut wajah sedikit berubah serius.
"Kangen Mamah Papa", ucap ku singkat.
"Udah telfon? ", tanya Anggara kembali.
"Udah, tapi belum ngomong apa-apa cuman salam, langsung ngomel dan matin telvonnya. Padalah kan gua berharap Papa akan nanyain kabar gua. Kalo Mamah boro-boro nanyain kabar gua, chat aja cuman di read doang", ucap ku detail.
"Sabar ya cantik, Mama sama Papa lo lagi sibuk mungkin jangan sedih, lo kan kuat".
" Iya"
"Udah gak usah sedih, kan ada gua", ucap Anggara sambil tersenyum.
Seyuman manisnya membuat ku merasa lebih baik dari sebelumnya.
Walaupun Anggara itu menyebal kan, tapi hanya dia yang bisa membuat hari burukku menjadi hari yang penuh tawa.
"Ra senyum deh".
"Buat apa? "
"Udah senyum aja"
Aku kemudian tersenyum mengikuti ke inginan nya Anggara.
"ADUH CANTIK BANGET!", ucap Anggara berteriak.
"Ssst, jangan berisik".
"Abisnya lo manis banget sih" ucap nya dengan ekxpresi geram.
Pipiku berubah menjadi merah merona, begitupun dengan jantung ku yang berdetak begitu kencang.
"Stop Angga, jangan bikin gua kayak gini", ucap ku berbisik dalam hati.
"Ra tangan lo luka ya? ", ucap Anggara bertanya.
Aku yang mendengar nya lalu menyembunyikan kedua tangan ku di belakang tubuh ku.
"E-enggak kok", ucap ku terbata-bata.
"Gak boleh bohong, tunjukkin tangan lo".
"Enggak, gua gak papa".
"Tunjukkin tangan lo!", ucap nya dengan nada berubah menjadi lebih tinggi.
Aku takut jika aku membantah lagi, Anggara akan semakin marah.
Aku menunjukkan kedua tangan ku yang terluka.
"Lo abis nonjokkin tembok? ", tanya Anggara denangan serius.
"Hmm", ucap ku sambil menundukkan kepalaku menatap lantai.
"Kan gua udah bilang, jangan sengaja nyakitin dirisendiri, kenapa sih lo tuh batu banget?", ucap Anggara memarahi ku.
"Tapi Angga, gua emosi".
"Emosi boleh, tapi jangan sampe lukain diri lo sendiri" .
Aku yang mendengar nya hanya terdiam menatap lantai kamar ku.
Anggara menutup jendela kamarnya, mungkin kesal.
"Sini gua liat tangan lo", ucap Anggara yang tiba-tiba masuk kedalam kamarku.
Aku menunjukkan tangan ku, luka dengan lebam terlihat jelas.
"Yaampun Ra, sampe kayak gini", ucapnya sambil memegang lengan ku yang terluka. "Sakit baru sembuh udah bikin penyakit lagi", lanjutnya.
Anggara kemudian mengambil kotak P3K yang terletak di lemari meja belajar ku.
"Sini tangan lo", ucapnya lalu mengoleskan obat dan membalut lukaku.
"Makasih"
"Lo itu bukan petinju, jadi gak usah macem-macem", ucap Anggara mengingat kan.
"Iya Angga".
"Lo sekarang tidur aja, besok lo harus bangun pagi-pagi kita sekolah", ucap Anggara memintaku untuk segera tidur.
"Belun ngantuk, masih jam 08:45",
"Jangan bergadang" .
"Yaudah tapi lo di sini sampe gua tidur ya".
Malam itu cuaca nya benar-benar dingin, angin yang masuk melalui sela-sela jendela kamarku membuat bulu kudukku berdiri.
"Kenapa, tumben-tumbenan", ucap Anggara merasa heran.
"Gua takut", ucap ku perlahan.
"Sejak kapan lo jadi penakut Ra?", ucap Anggara sedikit kaget mendengar ucapan ku " udah gak usah takut, lagian mana ada setan yang berani sama lo, lo kan galak", lanjut Anggara.
"Ih Angga, kan gua serius" ,ucap ku sambil melemparkan guling kesal.
"Yaudah oke gua temenin" ucapnya lalu duduk di kursih dekat meja belajar ku.
Sedangkan aku, aku berbaring di kasur ku, kemudian menurup tubuh ku menggunakan selimbut dan berusaha untuk tidur.
♥♥♥
Aku terbangun dari tidurku akibat haus dan berjalan menuju dapur.
Setelah selesai meneguk satu gelas air, aku lalu kemudian kembali menuju kamar ku.
Ku melihat jam baru saja memasuki pukul 12 malam, kemudian menatap Anggara yang tertidur di meja belajarku.
Aku menyelimbuti tubuhnya, lalu melanjutkan tidur ku.
"Selamat malam ganteng", ucap ku sebelum menutup mataku dan mulai kembali tertidur.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA . JANGAN LUPA VOTE DAN TINGGAL KAN JEJAK. . Hanya kata amin yang sama, yang sering kita ucapkan namun cara berdoa kita berbeda, kamu berdoa dengan menggengam kedua tanganmu, sedangkan aku mengadah. Tempat ibadahmu adalah gere...