Tak terasa sebasentar lagi aku akan berulang tahun untuk yang ke-
17thn.Aku cukup tak perduli dengan ulang tahunku, karna Papa dan Mama tidak akan ikut merayakannya besama denganku, aku hanya akan meniup lilin sendiri.
Lain halnya dengan Anggara yang tanpa meminta, dia langsung mendapatkan hadiah satu unit mobil mewah di ulang ke 17thn nya di tahun lalu.
Bagaimana tidak Papahnya adalah seorang CEO, apapun yang Anggara ingin kan pasti akan di berikan.
Ukuran rumah Anggara saja 2kali lebih besar dari ukuran rumahku yang hanya memiliki tinggi 2lantai.
Sedangkan Anggara memiliki tinggi 4lantai.
Rumah yang lebih bagusnya di sedut villa itu memiliki 3pembantu.
Dan masing-masing pembantu memiliki kamar masing-masing yang satu kamarnya sebesar kamarku, juga gaji perbulannya sebesar 5jt.
Silahkan untuk kalian yang ingin melamar menjadi asisten rumah tangga, dengan fasilitas kamar bagai kamar hotel, bisa melamar di rumah Papa algar, di jamin kalian betah.
"Iyahlah betah, setiap hari liat Anggara yang tampan bagai pangeran":>
Papa Anggara pernah bilang, suatu saat nanti Anggara akan menggantikan posisinya menjadi CEO di semua prusahaan miliknya.
Dan aku, mungkin akan jarang sekali bertemu Anggara, karna Anggara akan sangat sibuk.
"Ra, jangan bengong, " ucap Anggara masbil mengusap wajahku membuatku tersadar dari lamunanku.
Aku dan Anggara sedang berada di dalam kelas ku, entah sejak kapan laki-laki ini berada di hadapanku.
"Lagi mikirin apa?" tanya pria itu fokus menatap ku.
"Coba tebak"
"Ulang tahun?"ucapnya menebak dengan benar.
"Hmm," jawabku sambil mengangguk.
"Iranya Angga udah makin besar ya, makin cantik," bicaranya sambil tersenyum.
Aku hanya tersenyum menatap Anggara dengan pipi yang memerah akibat tersanjung.
" Ira mau apa? " tanya Anggara.
"Mau Anggara janji sama Ira"
"Janji apa? "tanyanya lagi.
"Angga harus janji, selalu jadi obat buat Ira".
"Janji"
"Anggara harus janji, selalu sayang sama Ira".
"janji"
"Anggara harus janji, gak akan ninggalin Ira".
"Janji"
Setelah Anggara berjanji dengan semua ucapan yang aku ucapkan, Anggara mengusap kepalaku halus.
"Bahagia selalu Ira, setelah rasa sedih lu selesai, gua akan datang sebagai obat," ucapnya sambil tersenyum.
Aku membalas senyumannya, dengan senyuman yang teramat manis.
Bell masuk pelajaran pertana pun berbunyi, Anggara kemudian mengusap kepalaku lalu mencium pucuk rambutku.
"Udah bell, jangan sedih terus, belajar yang benar, tunjukin nilai terbaik mu Ira," ucapnya sebelum pergi meninggalkan ku dan keluar dari dalam kelas.
aku terseyum melihat perlakuannya , perlakuannya kepadaku saat ini sangat lah manis.
♥♥♥
"ANGGA!" teriakku sambil berlari menuju Anggara yang berdiri di ambang pintu kelas, dengan gembira.
"Liat nih, Ira dapat nilai matematika seratus, pinter kan?, nih juga nilai fisika ku juga dapat seratus. " Lanjutku, sambil memberikan dua lembar kertas kepada Anggara yang tersenyum menatap ku bagai anak kecil."Pintar, Akanku berikan hadiah untuk kedua nilai mu ini," ucapnya sambil tersenyum.
"Hadiah apa? " tanya ku.
"Nanti kamu akan tau," ucap Anggara sambil memperlihatkan ekxpresi wajah yang aneh.
"Sekarang kita pulang," lanjutnya, lalu menggenggam tangan ku.Seisi kelas hanya menatapku menjauh dari keramaian.
"Gandeng aja terus gandeng," ucap salah-satu pria, yang menatap dengan sebal.
Aku dan Anggara kemudian berjalan menuju parkiran, dengan Anggara yang terus menggenggam tangan ku.
Tidak perduli sebanyak apa mata menatap, gandengan itu tidak pernah ia lepaskan.
"GANDENG TERUS!!" teriak Tomi menggemang di seluruh lahan parkiran.
Tapi Anggara tetap tidak melepaskan genggamannya.
"Cieee, jadian kalian berdua? "tanya Devan.
Anggara enggan menjawab dan hanya menggangguk.
"Beda agama ternyata bisa pacaran," bicara Tomi membuatku sedikit terdiam dan termenung.
"Udah-udah enggak usah di omongin," ucap Anggara menghentikan pembicaraan.
"Oh iya Angga," panggil Reyan.
"Hmm? "
"Lu gak pernah ketemu Reza lagi?, semenjak berpulangnya Leksa dia gak pernah nongol lagi, kira-kira kemana ya dia? "tanya Reyan.
"Gua juga gak tau, gua sama Ira juga udah gak pernah ketemu dia lagi," ucap Anggara jujur.
"Haduh gimana ini, kira-kira dia baik-baik gak, ya? " ucap Devan merasa bingung.
"Yaudah gini aja, nanti sore lo semua datang ke rumah gua, kita ke rumah Reza bareng-bareng," ucap Anggara.
"Angga, Ira ikut ya"
"Iya," ucap Anggara singkat.
"Yaudah lo berdua pulang aja dulu, ganti baju, mandi biar wangi, nanti baru kita jalan," ucap Anggara yang langsung di Angguki oleh ke tiga pria di hadapannya.
"Ayok Ra," aku mengangguk.
♥♥♥
Aku keluar dari dalam rumah ku menuju Anggara yang sudah menunggu ku di atas motornya, setelah bersiap-siap.
Begitu juga dengan Tomi, Reyan dan devan yang sudah datang.
"Cantik amat lo, kayak mau kondangan," ucap Tomi.
Aku lalu menyentil jidat Tomi akibat sebal.
"Yah makin jenong deh jidat si Tomi," ucap Devan.
"Udah gak usah pada banyak ngomong, ayok berangkat nanti ke malaman," ucap Anggara lalu menyalakan mesin motornya, kemudian aku duduk lalu memakai helm.
motor pun bergerak, aku, Anggara, Reyan, dan Devan berangkat menuju Rumah Reza.
"Semoga Reza baik-baik saja," ucap Anggara, cemas akan keadaan temannya itu
Reza itu tipe cowo yang gampang putus asa akan keadaan, dan gampang menyerah dengan kehidupan, karna itu kami semua khawatir, takut jika nantinya dia berbuat yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA
RandomFOLLOW SEBELUM MEMBACA . JANGAN LUPA VOTE DAN TINGGAL KAN JEJAK. . Hanya kata amin yang sama, yang sering kita ucapkan namun cara berdoa kita berbeda, kamu berdoa dengan menggengam kedua tanganmu, sedangkan aku mengadah. Tempat ibadahmu adalah gere...