16.

7 4 0
                                    


"Uhuk uhuk uhuk", aku terbatuk saat merasakan mie itu tersangkut di tenggorokan ku.

"Pelan-pelan Ra", Anggara lalu memberikan segelas air kepadaku yang terus terbatuk.

Aku meneguk segelas air itu.

"Makasih", ucap ku setelah selesai meneguk air itu dan merasa lega.

Anggara mengangguk mengisyaratkan iya.

Lalu bergegas mengabis kan semua makanan yang berada di meja.

"Angga" panggil ku pelan, kepada Anggara yang sedang memasukan satu sendok mie kedalam mulutnya.

Anggara menoleh, menatapku dengan garpuh yang masih berada di dalam mulutnya.

" Main PS sama Om algarnya nanti besok aja, kasian Om algar pasti cape, dan harus istirahat. "Ucapku yang lalu Anggara angguki pelan.

♥♥♥

Kini waktu memasuki pukul 11:35.

Aku tersenyum menatap Anggara yang sedari tadi tak kunjung pulang.

"Kenapa lo natap gua kayak gitu?, terpesona, sama muka gua yang ganteng ini? ", cicit Anggara bergaya sok tampan.

"IDIH, KEPEDEAN!", ucap ku berteriak, lalu menyentil jidat milik Anggara menggunakan jempol dan telunjuk.

Anggara menatapku sejenak lalu kemudian memainkan rambutnya, menyisir poninya kebelakang, menggunakan jarinya.

Aku begitu terpaku saat menatapnya.

"Tan, anaknya nakal, Ira gak kuat liatnya", cicitku dalam hati.

Cup

Cium Anggara di pipi kananku, saat aku sedang asik menatapnya,

Mataku membulat saat merasakan bibirnya mengenai pipiku.

Ciuman yang sangat lembut, sampai-sampai pipiku tiba-tiba berubah merah merona.

Cup

Ciumnya lagi di pipi kiriku.

"Ih, cium-cium terus", bicaraku sambil memegangi pipiku dengan kedua tanganku.

Anggara hanya tersenyum sambil menatapku, dan bergerak mendekat untuk mencium lagi.

"Stop, udah!" bicaraku sambil memegang kedua pundak Anggara menghentikan pergerakannya.

Tapi Anggara tetus menerus mendekat, membuatku memundurkan tubuhku lebih jauh.
" Stop ih, gua panggil tante Clarisa kalo lo gak bisa di..." belum sempat berbicara Anggara sudah kembali mencium ku.

Cup

Ciuman Anggara untuk yang kesekian kalinya, berhasil mendarat dan hampir saja mengenai bibirku.

"Angga ih, lo mau cium bibir gua?" ucapku sambil menatapnya, yang tersenyum menatap ekxpresi wajahku.

"Tadi niatnya begitu,"

"Ish, gak boleh"

"Iya-iya".

Sesaat hening, aku dan Anggara tak mengatakan apapun, sampai aku kemudian memanggilnya.

"Angga", panggilku perlahan.

"Hmm?, " sahutnya.

"Besok, Indra datang kerumah," ucapku.

"Ngapain? "

"Katanya mau ketemu, dia bilang dia kangen, " ucapku berbicara apa adanya.

"Oh, yaudah,"

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang