10.

4.8K 684 77
                                    








"Aku pindah Korea setahun lalu. Udah cukup jelas kan?"





Junkyu mengembuskan nafasnya pelan. Tangannya menopang dagu dengan badan merapat ke balkon. Ingatannya kembali ke malam tadi disaat dia bertanya kepada Haruto. Haruto besar di Jepang dan baru pindah Korea setahun lalu.

Apa yang tadi malam itu cuma bunga tidur? Tapi kenapa terasa nyata? Batin Junkyu berkecamuk. Dia tak terlalu ingat wajah anak kecil yang bertemu dengannya di mimpi, namun ucapan anak itu masih teringat jelas.

Bocah itu mengenalkan dirinya sebagai Haruto.

Junkyu lalu mengerjap. Dirinya baru sadar, nama Haruto bukan hanya satu di dunia ini.

Junkyu meringis menyadari kebodohan yang dilakukannya. Sudah jelas dia baru bertemu Haruto setahun lalu, mana mungkin dia adalah teman masa kecilnya.

Teman masa kecilnya hanya Jeongwoo.





"DOR!!"





Teriakan sekaligus tepukan di bahunya membuat Junkyu sedikit tergeragap kaget.

"Jihooonn!!" Junkyu berseru kesal saat melihat temannya itu tersenyum lebar dengan dua roti berada di tangannya.

Jihoon melempar satu roti ke arah Junkyu yang untungnya dapat ditangkap oleh Junkyu. Jihoon mengambil tempat di samping kiri Junkyu. Ikut menyandar ke balkon dengan kedua sikunya berada di pembatas balkon lantai tiga sekolahnya.

"Lo ngapain deh ngelamun di sini sendiri? Gak takut kesambet?"

"Aku males ke kantin. Istirahat pertama pasti rame." Junkyu membuka bungkus roti dan mulai menggigit makanan bulat itu.

"Mhakasihhh hotinhaaa..." Junkyu berbicara dengan tetap mengunyah rotinya membuat Jihoon berdecak dan menyeka sudut bibir Junkyu yang terdapat selai.

"Telan dulu baru ngomong bayi."

Junkyu hanya tersenyum. Kini dirinya kembali melihat ke bawah, tepatnya ke arah lapangan di mana ada Haruto dan yang lain sedang bermain basket. Pipi Junkyu sedikit memanas saat melihat Haruto menyibakkan rambutnya ke belakang.

Semua gerak-gerik Junkyu terekam jelas di kedua netra Jihoon.

"Alibi aja kan bilang kantin rame. Aslinya emang lo mau liatin pacar lo main basket." sindir Jihoon membuat Junkyu dalam hati membenarkan.

"Udah mulai suka nih sama Haruto? Udah gak takut lagi?"

Kunyahan Junkyu terhenti. Kini dia meremat bungkus roti erat.



Apa iya dia mulai suka sama Haruto?




Akhir-akhir ini memang Haruto mulai berubah. Tak lagi kasar dan mengintimidasi. Haruto mulai melunak dan jujur saja Junkyu mulai nyaman dengan Haruto yang sekarang.

"Entahlah Hoon. Aku emang mulai ngerasa nyaman sama dia, tapi rasa takutku sama dia juga masih ada."


Kini giliran Jihoon yang meremat bungkus rotinya kencang.


"Haruto sekarang mulai perhatian sama aku dan udah jarang berbuat semaunya. Kamu juga lihat kan? Sekarang aku bisa berdiri di sini padahal Haruto lagi main basket di bawah, dan aku merasa senang saat dia tak lagi menyuruhku untuk tmselalu berada di sisinya. Menurutmu apa aku udah mulai suka sama dia ya Hoon?"

Jihoon menatap Junkyu cukup lama. Tatapan matanya tak terbaca sama sekali membuat Junkyu sedikit bingung.

"Jih–"

"Lo akan tau nanti."

"Eh?" Kernyitan di dahi Junkyu muncul. Tak paham dengan maksud ucapan temannya itu.

"Pelan-pelan lo akan tau perasaan lo seperti apa Junkyu. Yang lo perlu lakuin sekarang cukup menikmatinya, karna kita tak tau kan apa yang akan terjadi kedepannya?"

Junkyu mengangguk. Benar juga apa yang diucapkan Jihoon. Junkyu hanya perlu menikmati saat dimana Haruto mulai baik padanya.

"Oh iya besok pengambilan rapor kan? Siapa yang ngambil rapor lo?"

Pertanyaan tiba-tiba dari Jihoon membuat Junkyu mengerjap.

"Mungkin asisten Haruto lagi. Semester kemarin gitu soalnya."

"Loh emang ortu lo kemana?"

Junkyu tersenyum tipis. "Ortuku kan udah meninggal Hoon."

Jihoon meringis. "Ma–maaf Junkyu gue lupa."

"Gapapa Hoon."

"Emang lo udah gak ada sodara Kyu? Ehm maksud gue kakek atau nenek gitu?"

Junkyu menggeleng. "Setelah gue bangun dari koma, gak ada satu pun keluarga yang dateng Hoon. Aku juga gak tau sebenarnya aku masih punya saudara atau enggak."

"Kok gitu?" Jihoon mengernyit bingung.

"Kecelakaan itu ngebuat sebagian ingatan gue hilang Hoon. Gue bahkan lupa orang tua gue siapa. Yang gue inget malah Jeongwoo doang. Dia temen kecil gue."


Jihoon mengangguk mengerti.


"Gue sebatang kara Hoon. Gue udah gak punya siapa-siapa. Semua yang ada di dekat gue itu orang yang gak ada hubungan darah sama gue Hoon."

Pandangan Junkyu lurus ke arah langit. Sebagaimana pun dia mencoba mengingat tentang keluarga dan saudaranya, belum ada ingatan sedikit pun yang muncul di memorinya.

Jihoon menatap Junkyu yang kini mulai masuk ke dunianya sendiri. Jihoon menatap sendu ke wajah Junkyu yang kini menutup matanya, seakan menikmati embusan angin.




'Lo salah Kyu. Lo masih punya gue.'


















'Gue saudara lo Junkyu.'











TBC/END








Apalagi ini?????



Yuk mulai mendekati ending yuk bisa yuk nebak endingnya gimana.. hohoho

Run Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang