Special Chapter: Positive

3.7K 320 31
                                    




"Aku positif."

Mata Haruto mengerjap. Nyawanya masih terasa tertinggal di alam mimpi saat mendengar suara lirih Junkyu yang berada di ambang pintu kamar mandi kamar mereka.

Tangan Junkyu meremat benda pipih di tangannya. Kalut dia rasakan sampai dirinya tak sadar telah menggigit bibir bawahnya.

Haruto yang melihatnya langsung saja ingin mendekat, namun dengan segera Junkyu memberikan tanda untuk Haruto berhenti.

"Jangan mendekat!"

"Juju sayang.. gapapa.. aku akan tanggungjawab, kamu gak perlu takut."

Junkyu menggeleng. Air matanya semakin deras turun. Haruto yang tak tak tahan mulai kembali melangkah namun langkahnya kembali tertahan saat Junkyu malah berlari masuk kembali ke kamar mandi.

Haruto mengetuk pintu kencang. Mencoba membujuk Junkyu untuk berbicara dengannya.

Bukankah berita seperti ini adalah berita yang membahagiakan? Kenapa Junkyu ketakutan? Ada Haruto yang jelas akan bertanggungjawab lalu apa yang dikhawatirkan Junkyu?

"Juju tolong buka pintunya. Ayo kita bicarakan baik-baik. Aku tak akan marah. Aku tak akan menyuruhmu menggugurkannya."

Mata Junkyu membola. Junkyu menatap ke arah pintu dan benda di tangannya bergantian.

Haruto masih sabar membujuk Junkyu. Dirinya takut Junkyu nekat dan akan melakukan hal yang menyakiti dirinya.

"Juju.. keluar dulu ya, kita bicarakan dulu semuanya. Aku janji aku gak akan marahin kamu."

Junkyu sudah berhenti menangis. Dirinya memandang takut ke arah benda pipih di tangannya. Perlahan, dirinya mulai bangkit dan mendekati pintu yang terlihat menakutkan untuknya.

"A–aku akan keluar.. ta–tapi kamu menjauh dari sana dulu." Suara Junkyu terdengar serak membuat Haruto merasa semakin khawatir. Seakan mendapat kesempatan, akhirnya Haruto menuruti permintaan Junkyu. Dirinya mundur beberapa langkah saat melihat pintu perlahan terbuka.

Junkyu keluar dengan wajah menunduk. Dia semakin meremat benda pipih di tangannya. Haruto menghela nafas lega saat melihat tak ada luka atau apapun di badan Junkyu. Hanya wajahnya yang sedikit pucat dengan pipi yang sembab.

"Ju–"

"Kamu salah paham."

Ucapan Haruto dipotong oleh Junkyu. Junkyu mendongak. Tangannya dengan gemetar menunjukkan benda yang sedari tadi dia genggam.

Mata Haruto membelalak saat melihat benda itu.

Benda itu bukan benda yang digunakan untuk tes kehamilan.

"A–aku bukan postif hamil, a–aku positif covid Ru." Dan Junkyu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Benda pipih berwarna putih itu terjatuh keras ke lantai.

Haruto segera berlari mendekati Junkyu. Merengkuh badan Junkyu yang gemetar.

"Ja–jangan mendekat hiks.. kamu nanti tertular Ru.. Ruru lepas hiks.."

Junkyu memberontak dari pelukan Haruto. Haruto bergeming. Dia semakin menenggelamkan badan Junkyu ke dalam pelukannya.

"Tak apa. Kamu akan baik-baik aja. Aku yang akan pastiin itu semua. Aku janji."

Berontakan Junkyu mulai melemah, pun dengan badannya yang juga mulai kehilangan kesadaran.

Dan setelahnya semua terasa gelap di mata Junkyu.





.
.
.



Alasan kenapa Junkyu nekat membeli alat tes itu karena Junkyu tidak bisa mencium aroma parfum Haruto saat pemuda itu memeluknya. Junkyu merasa takut jika harus periksa ke rumah sakit, jadi dia lebih memilih membeli alat tes itu diam-diam dan memakainya sendiri.

Run Away [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang