Saat itu, aku asik melamun di bangku kelas, sambil menopang dagu.
Kemarin saat aku diantar Kak Tio, rasanya aku mau menghilang dari muka bumi.
Bagaimana tidak? Saat aku turun dari motor, ternyata ibu-ibu sedang berkumpul ditukang Teh Poci samping rumah.
Alamat aku jadi bahan ghibah. Untung nya Ibu ku tidak suka berkumpul seperti itu, kalau tidak. Habis aku. Pasti ditanya macam-macam.
Mana kemarin, Kak Tio dengan santai nya menyapa para ibu-ibu yang berkumpul.
"Mari, Bu." Katanya, lalu pergi. Sementara aku menahan malu.
Sebenarnya tidak perlu malu juga, Kak Tio sudah kukatakan, tampan.
Tapi ya, masalah nya diriku. Aku selalu tidak percaya diri.
Mengingat itu, aku sontak menutup kepala ku dengan kedua tangan, sambil meringis.
Alya yang sedang asik berseluncur di Instagram disebelah ku kebingungan.
Iya, aku tidak menceritakan yang kemarin. Pada Alya sekalipun yang selalu tau apa cerita ku.
Aku rasa, itu bukan sesuatu yang harus diceritakan.
"Kenapa? Produktif dapet merah?" Katanya.
Aku menoleh, "Engga, jangan sampe."
"Terus kenapa?" Tanya nya lagi sambil tetap scroll Instagram.
Aku memikirkan jawaban yang tepat.
"Mau haid kayanya. Sakit." Alibi ku.
Alya hanya membulatkan bibir nya.
"Pulang sekolah nyeblak aja gimana? Biar ilang sakit nya?" Tanya nya sambil menoleh seraya menaikan alis nya, berusaha membujuk ku.
Aku memikirkan nya, sebenarnya aku sedang ingin diet. Tapi, ya kalau urusan seblak aku suka goyah.
"Gimana nanti." Final ku.
"Nay, kayanya Kak Azka ga sekolah deh." Ucap nya tiba-tiba.
"Iya."
"Lah? Kamu tau?" Kaget nya. Aku dibuat kikuk.
"Emm, ya kan dia daritadi ga keliatan. Biasanya suka ada didepan kelas nya." Kataku.
"Oh iya bener. Kenapa ya kira-kira? Padahal Kak Azka tuh masuk kategori murid teladan. Sakit juga suka maksa masuk loh." Memang, tidak perlu diragukan Alya ini, gudang informasi satu sekolah.
Aku terdiam, tentu tau alasan kenapa Kak Azka tidak masuk.
Memikirkan kembali luka-luka yang tersemat di tubuh tegap Kak Azka.
"Gatau." Tukas ku.
Kami berdiam diri, sampai bunyi notifikasi handphone ku berbunyi, tidak biasanya.
Aku mengecek nya, melihat ada notifikasi dari Instagram.
Seketika saat itu, mataku terbelalak.
@azka.j.haidar ingin mengirimi Anda pesan.
Sial, sial, sial. Apa lagi ini? Ini mimpi?
Aku gemetaran, membuka notifikasi itu, melihat pesan yang ia kirim.
Follback dong. Makasih.
Ini Azka.
Katanya, iya aku tau Kak. Mana mungkin aku tidak tau itu kamu.
Aku menelan ludah ku, terkejut, gugup menjadi satu.
Boleh Kak.
Balas ku pada akhirnya, setelah memencet tombol 'ikuti balik', aku langsung menjatuhkan handphone ku ke meja.
Kembali menelungkupkan kepala ku, berusaha tidak berteriak.
Namun, aku ingat sesuatu. Lalu kembali membuka Instagram.
Kak Azka lebam nya udah dipakein salep? Jangan lupa kasa yang diwajah diganti.
Untuk mengirim direct message kepada Kak Azka, bertanya tentang luka nya.
"Nay, kenapa wajah nya merah? Sakit?" Tanya Ijun, yang kata Danis pantat nya terbuat dari besi tembaga.
Aku menoleh, laku menggeleng sambil menahan senyum. Setelah nya, Ijun melenggang untuk tidur dilantai.
Aku menoleh kearah Alya yang sibuk berpose didepan kamera, aku membiarkan nya.
Wah, rasanya saat itu aku benar-benar merasakan ungkapan yang disebut 'kupu-kupu berterbangan didalam perut.'
Kak Azka belum aktif kembali, jadi pesan ku belum dibalas.
Namun tak apa. Aku bahagia.
Bagaimana bisa, gara-gara dia yang mem-follow ku saja rasanya sebahagia ini?
Kak Azka, kamu ini benar-benar ya.
can.da.la
KAMU SEDANG MEMBACA
candala ˚˳° jake✓
Fiksi Remaja⚠️mengandung konten kebucinan anak sekolah kepada kakak kelas⚠️ [bahasa - AU - true story] can.da.la [Adj] rasa rendah diri. Ini tentang kisah masa sekolah ku, dimana aku mengagumi seseorang yang sempurna dari segi manapun aku lihat. Untuk kamu, yan...