nol empat belas | perihal pesanan Bibi

29 6 0
                                    

Perihal pesanan Bibi yang aku sesali untuk mengiyakan mengambil barang nya.

Kalian tidak akan menduga.

Pesanan Bibi ku merupakan, hantaran pernikahan. Tidak satu atau dua yang setidak nya aku bisa bawa dengan kedua tangan ku.

Saat itu, ada 5. Tempat ku mengambil pesanan Bibi merupakan tempat membuat hantaran pernikahan.

Kalau tau seperti ini lebih baik kutolak, lagipula paling banyak shopeepay yang diisi hanya 20 ribu.

Huwe, aku sangat menyesal saat itu.

Aku bahkan sampai menelpon Bibi ku.

Tau apa yang Bibi ku bilang?

"Pake Taksi online aja atuh, nanti diganti uang nya."

Hah, menyuruh anak SMA membawa hantaran pernikahan sebanyak ini menggunakan taksi online.

Aku sebetulnya tinggal bawa hantaran itu, karena sudah dibayar lunas untuk biaya hias nya.

Yang kulihat saat itu ada hantaran berisi mukena, handuk, kosmetik, alat dapur dan juga sepatu hak wanita.

Yang kubingung, siapa yang akan menikah?

Tak lama aku mulai membuka handphone untuk memesan Taksi Online.

Namun, sial nya aku saat itu. Kuota ku pas-pas an habis saat membuka aplikasi. Salah ku tidak mengecek secara berkala sisa kuota ku.

Tersisa lah aku yang kebingungan di depan rumah si pembuat hantaran. Untung tidak sampai ingin menangis.

Aku menggaruk pelipis ku saat itu, kebingungan harus bagaimana.

Masa harus minta tolong pada si pembuat hantaran, ah aku malu.

Aku memilih jalan kembali ke arah depan gang ini. Siapa tau ada tukang angkot yang sedang istirahat, jadi aku bisa sewa angkot nya.

Aku pun menitipkan hantaran milik Bibi ku sebentar.

Aku berjalan ke arah depan gang, sampai di warung yang tadi kuceritakan.

Aku dipanggil lagi, oleh Teman-teman Kak Azka yang ternyata masih menongkrong disana, sambil meminum kopi.

"Nay, udah ngambil pesanan teh? Mana gabawa apa-apa tuh?" Tanya Kak Tio dari tempat ia duduk.

Aku menoleh, sambil meringis. Bingung mau menjawab apa.

Ketiga nya menatap ku bingung, bukan nya menjawab malah diam, mungkin pikir nya.

"Mau nyari angkot, Kak." Jawab ku.

"Hah? Nyari angkot? Disini mah gaada tukang angkot atuh Nay." Kata Kak Ucup.

Aku terdiam, iya juga. Ini kan perumahan yang cukup elit. Mana ada tukang angkot, duh bodoh sekali Nay.

"Emang kenapa sih?" Ketiga nya beranjak datang ke arah ku. Aku diajak duduk dulu diwarung itu sebentar, awal nya aku malu. Namun, akhirnya menurut.

Aku disuruh menjelaskan oleh ketiga nya, lalu aku ceritakan lah kejadian yang ku alami.

"Oh gitu, yaudah yuk. Aku anter aja."

Mendengar ucapan Kak Ucup, aku malah langsung menolak nya, tidak enak. Kami hanya sebatas kenal nama saja, namun Kak Ucup mau membantu ku.

"Gapapa, si Ucup lagi bawa mobil soalnya, Nay. Hayu aku juga ikut deh, bantuin." Kata Kak Tio.

Kak Dani menatap ku, "Iya, lumayan irit. Akumah mau diem disini ah, mager, Nay. Maaf ya."

Aku memikirkan tawaran Kak Ucup, hari semakin sore sementara aku masih disini.

candala ˚˳° jake✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang