nol sembilan | lemah lembut

29 6 0
                                    

Saat pulang sekolah, aku pun masih menunggu balasan dari Kak Azka.

Sambil selonjoran dikamar ku, aku melihat profil Instagram nya dengan senyum yang tertahan. Sumpah, dahulu rasanya se-membahagiakan itu.

Aku tidak melihat tanda-tanda akun Kak Azka yang aktif, lalu mulai mematikan data handphone.

Kembali ke kenyataan, aku ini siapa sih sampai menunggu balasan Kak Azka.

Aku memilih untuk mengambil minum, karena rasanya tenggorokan saat itu butuh dibasahi.

Saat minum, Ibu ku menyuruh ku untuk melakukan beberapa pekerjaan.

Sampai aku lupa, bahwa tadi aku menunggu balasan dari Kak Azka.

Setelah selesai membantu Ibu, aku kembali kekamar, dengan badan yang sudah segar karena baru mandi.

Aku memakai baju, dan duduk dimeja belajar.

Membuka whatsapp, melihat apakah ada info atau sesuatu dari grup kelas.

Nihil, yang ada mereka malah meributkan masalah baju futsal.

Waktu itu sudah pukul 7 malam lebih, aku juga sudah solat.

Tidak ada tugas, menghapal materi? Wah, tidak dulu deh. Lagipula, kampus incaran ku bukan UI. Hehe.

Aku kembali mengecek satu-satu sosial media ku, kadang notifikasi nya suka tidak muncul, jadi harus ku cek.

Ting!

Dari Instagram.

Aku berdebar, memikirkan dari siapa notifikasi itu datang.

@azka.j.haidar

Bye, aku sudah menyatu dengan kasur, kakiku memukul-mukul udara saking senang nya saat itu.

Kubuka pesan nya,

Maaf ya baru bales, baru ketemu WiFi nih.

Iya udah, kemarin dibeliin sama temen ku. Kasa nya juga udah diganti dibantu mereka juga, tapi gasuka ah.

Membaca pesan nya, aku menahan senyuman.

Gapapa, Kak.

Wah bagus deh kalo gitu. Lho? Gasuka kenapa Kak?

Aku mengirim nya. Menunggu beberapa menit.

Ting!

Mereka bantu ganti nya ribut banget, sakit lagi. Mending sama kamu, lemah lembut hehe :D

Jangan tanyakan bagaimana kondisi ku saat itu. Jangan harap aku baik-baik saja, JANGAN.

Karena nyatanya, aku sudah tidak berbentuk. Memukul apa saja yang ada didekat ku, namun sambil menahan teriakan yang akan keluar.

Ah, sial. Lagi-lagi aku lemah gara-gara dia.

Aku melihat seksama pesan itu, Kak Azka benar-benar mengirim pesan itu, bukan halusinasi ku.

Saat itu aku bingung harus menjawab apa, memikirkan jawaban yang tepat.

Aku menarik nafas,

Bilangin aja kak, pelan-pelan gitu. Nanti infeksi.

Send.

Dasar, cupu.

Dari aku yang sekarang, aku mengutuk diriku saat itu.

Kaku sekali balasan mu, ckck.

can.da.la

candala ˚˳° jake✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang