nol tiga belas | pesanan Bibi

26 7 0
                                    

Aku tidak bertanya apapun pada Alya setelah kejadian dia yang dengan jelas menatap Kak Azka.

Aku hanya diam, tidak mau membuat perasaan ku makin tidak karuang jika memang jawaban Alya menyukai Kak Azka.

Setidak nya, sampai aku benar-benar tidak menyukai Kak Azka lagi.

Hari itu, terasa lama. Aku bahkan tidak ikut ajakan Alya ke kantin, biasanya aku tidak pernah melewatkan pergi ke Kantin.

Aku tidak marah pada Alya. Untuk apa lagipula? Itu hak nya.

Namun, tetap saja rasa kesal datang saat itu.

Tak terasa, setelah waktu yang lama. Jam pulang berbunyi. Aku bersorak dalam hati, bisa segera berbaring di kasur dikamar ku.

Namun, seperti nya harapan ku tinggal harapan. Saat aku akan pulang, aku malah mendapat pesan dari Bibi ku.

Aku disuruh untuk mengambil pesanan nya, aku tidak tau pesanan apa saat itu.

Bibi hanya mengirim alamat yang harus kudatangi, aku tahu tempat nya.

Itu disebuah perumahan dekat taman kota yang biasanya digunakan untuk kegiatan olahraga di kota ku. Tidak terlalu jauh, namun jika berjalan ya lumayan juga.

Aku tidak menolak, dengan iming-iming akan diisi kan sejumlah nominal ke shopeepay ku.

Aku pun bilang pada Alya bahwa hari itu aku tidak bisa pulang bersama, karena disuruh Bibi.

Alya sempat menawarkan untuk mengantar ku, namun kutolak.

Akupun pergi ke alamat yang dikirim Bibi ku. Naik angkot.

Aku turun didepan gang perumahan nya. Lalu mulai berjalan masuk.

Dari gang itu, disebelah kiri nya merupakan taman kota yang kusebut.

Sementara dikanan nya sudah ada rumah-rumah warga.

Aku belok di belokan didepan ku. Yang kuingat dibelokan ini ada sebuah warung yang biasa digunakan untuk anak lelaki nongkrong.

Aku pun seketika terdiam, apa harus memilih jalan memutar ya? Tapi nanti lebih jauh. Diujung gang itu, tempat yang Bibi ku kirim untuk mengambil pesanan nya.

Ah masa bodo, aku memilih jalan itu. Kalau memutar, lama lagi.

Saat sudah berada didekat warung yang kusebutkan tadi, aku berusaha santai saat lewat.

Betul saja, ada beberapa laki-laki seusia ku yang tengah berkumpul. Namun, panggilan seseorang justru membuat langkah ku terhenti.

"Eh si Neng Nay."

Aku menoleh, melihat siapa gerangan yang memanggil diriku saat itu.

Itu, teman Kak Azka. Bukan Kak Tio. Aku tidak tahu namanya. Dia yang memakai Hoodie abu-abu saat aku menolong Kak Azka.

Aku tersenyum kecil, sebagai balasan sapaannya, aku kan belum tau namanya.

Teman Kak Azka itu bangkit dari duduk nya. Lalu datang padaku.

Di warung itu ada beberapa lelaki, tidak terlalu banyak. Namun, teman Kak Azka ini tadi duduk seorang diri.

"Mau kemana?" Tanya nya.

"Mau ambil pesanan Bibi, Kak. Tuh diujung gang ini." Kata ku.

"Aduh, kamu teh belum tau nama aku ya haha." Kata nya.

Aku pun meringis kecil, "Iya, Kak. Kemarin tau nama Kak Tio aja. Maaf hehe."

"Euleuh, maaf-maaf kaya ngapain aja. Nama aku Daniar, panggil aja sayang hehe." Kata nya membuat ku terkejut, ah Kak Daniar ini tipe-tipe buaya ternyata.

"Sayang-sayang pantat sia." Itu bukan suara ku, ada suara lain yang datang dari arah belakang ku.

Aku menoleh, melihat Kak Tio dan teman Kak Azka yang waktu itu memakai kemeja kotak-kotak datang.

Aku tersenyum saat keduanya datang, ternyata warung ini menjadi tempat nongkrong mereka juga.

"Halo, Nay." Sapa Kak Tio.

"Halo, Kak." Sapa ku juga. Tak lupa tersenyum kepada yang disebelah nya. Aku juga belum tau namanya.

Kak Tio tiba-tiba berkata, "Nah, yang tadi namanya Daniar, kalo yang ini Yusuf, panggil Ucup aja. Kalo si Daniar mah panggil Dani aja."

Aku tersenyum, "Iya kak."

"Mau kemana?" Tanya Kak Ucup.

"Ambil pesanan Bibi nya. Tuh diujung gang." Itu bukan aku, Kak Dani yang bilang.

"Nanya kasaha nu jawab modelan bekantan kitu patut." Kata Kak Ucup.

Aku tertawa kecil, melihat ekspresi Kak Dani yang nampak sebal disebut bekantan.

"Iya, Kak. Bener kata Kak Dani. Aku mau ke ujung gang ini." Kataku membenarkan ucapan Kak Dani.

"Tuh Kan." Kata Kak Dani.

"Oh gitu, yaudah sok atuh." Kata Kak Tio. Mempersilahkan aku kembali melanjutkan jalan ku yang terhenti.

Aku pun pamit kepada ketiga nya, lalu kembali berjalan.

Namun, dalam perjalanan ke ujung gang. Aku tiba-tiba teringat, kemana Kak Azka ya. Namun, kuingat mungkin dia ikut perkumpulan yang kuceritakan tadi.

Terus, ketiga teman Kak Azka tadi juga ternyata seumuran dengan Kak Azka, bukti nya mereka tadi masih menggunakan seragam sekolah.

Memang bukan anak sekolah ku, yang kulihat.

Kak Dani itu anak Madrasah Aliyah Negeri dekat kawasan itu.

Sementara Kak Tio dan Kak Ucup, jika dilihat dari bet sekolah nya, sekolah di salah satu sekolah swasta terkenal di kota ku, biaya spp nya lumayan loh. Banyak anak pejabat kotaku yang sekolah disitu.

Sibuk dengan pemikiran ku, aku ternyata sudah sampai di alamat yang kutuju, untuk mengambil pesanan Bibi ku.

Dan, seketika aku menyesal mengiyakan suruhan Bibi ku.

can.da.la

candala ˚˳° jake✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang