1

7.3K 401 0
                                    

Pria itu duduk di bawah pohon yang rimbun dengan di temani teh dan camilan di meja. suasana hati nya tidak baik ataupun buruk, hatinya sudah lama mati dan dua Minggu kemarin dia memutuskan untuk berhenti berusaha menghidupkan lampu di hatinya. Biarlah gelap karena gelap lebih baik daripada terus menghidupkan cahaya namun sama saja tidak ada gunanya

Pria yang dulunya ceria dengan senyum manis di wajahnya menghilang di gantikan tatapan mata yang dingin dan kosong seolah dia tidak perduli akan apapun

Suara langkah kaki mendekat namun dia masih tidak peduli, remaja itu tidak berekspresi namun di matanya tampak jelas bahwa dia tidak ingin berada terlalu lama di sini meski begitu ia masih tetap duduk di sebrang yang lebih tua "berhentilah minum teh, aku terlalu malas untuk bertemu dengan mu apalagi menemani mu" keluhnya

Tidak ada pelayan yang menuangkan teh untuk pangeran itu karena sebelumnya ratu sudah berkata untuk tidak memberinya teh ketika dia datang. "kau tidak perlu datang lagi esok" ujar Eden tanpa emosi

Anthony menatap ibunya dengan bingung, belakang ini memang ibunya ini sang ratu tidak terlalu banyak bicara seperti dulu bahkan dia sekarang jarang atau hampir tidak pernah tersenyum "apa maksudmu?"

Masih memegang cangkir tehnya, Eden dengan anggun dan dengan tenang menjawab "pangeran, aku meminta mu untuk tidak pernah datang lagi ke halaman ku atau ke istana ku, meski perintah itu memang di turunkan oleh yang mulia raja tapi tetap saja kau tidak perlu datang lagi"

Anthony tercengang mungkinkah kepala ibunya memiliki beberapa masalah saat ada penyerangan kemarin? Dia segera membuang semua pikiran itu. Anthony menyetujui permintaan ibunya dengan cepat dan pergi kembali untuk berlatih

Dari awal memang ini yang dia inginkan, dari awal memang dia tidak peduli apa dia memiliki ibu atau tidak, dia sama sekali tidak peduli tapi ntah mengapa rasanya sesak dan Anthony kembali ke tempat latihan dengan suasana hati yang buruk

Setelah Anthony pergi Eden merasa lebih rileks dia kembali menyesap teh nya, seharusnya yang datang putranya dan suaminya namun suaminya tidak datang jadi dia memutuskan untuk mengatakan nya saat makan malam Minggu depan.

Eden menyentuh mata kirinya yang terluka. Dua Minggu lalu ada seorang penyusup yang ingin membunuhnya, hari itu Eden sedang minum teh seperti biasa dengan Anthony, saat penyerang itu, Anthony bahkan tidak bertindak samasekali ketika melihat ibunya di Serang.

Mengingat hari itu Eden mengepalkan tinjunya namun masih tanpa ekspresi "Liz, aku ingin tidur siang" ucapnya pada seorang pelayan yang sedari tadi berdiri di belakangnya

"Baik yang mulia"

~~~~~~

"Yang mulia, anda tidak menghadiri undangan yang mulia ratu?"

Deon hanya melirik asistennya sebentar lalu kembali fokus ke dalam dokumen-dokumen nya, asisten itu hanya menghela nafas, ia khawatir dengan keadaan sang ratu apalagi berita tentang penyerangan itu

"Setidaknya-"

"Vin!" Vino seketika bungkam

"Dia sudah mengirimi ku undangan berarti dia sudah sehat dan kemudian dia pasti akan kemari dengan membawa makanan tidak berguna itu lagi" ujarnya masih acuh tak acuh. Mendengar apa yang di katakan tuannya Vino menghela nafas lega. Yang mulia ini meski katanya tidak peduli dia masih memperhatikan apa yang ratu lakukan dan itu sudah cukup untuk membuktikan perhatian yang di berikan nya

"Baik, maafkan saya yang mulia"

"Hmm"

Deon kembali berkutat dengan dokumen-dokumen itu sembari mendengarkan masalah-masalah yang di laporkan Vino

"Lalu dengan penyusup yang kemarin, seluruh kawan dan orang pesuruhnya sudah di musnahkan tinggal dia seorang"

Deon diam sejenak untuk berfikir "berikan dia sebagai hadiah untuk Ratu"

".....baik yang mulia"

You Know I Want You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang