4

3.3K 437 1
                                        

Makan malam sudah hampir di mulai sejak tadi namun tidak ada tanda-tanda kemunculan Eden, sepertinya dia terlambat padahal dulu dialah yang selalu datang paling awal dari yang lain

Selang beberapa menit akhirnya Eden datang, pakaian yang ia pakai tidak semewah dan seheboh biasanya, riasannya sangat tipis hanya agar menutupi wajahnya yang pucat dan wajahnya masih tanpa emosi.

Eden memberi salam lalu duduk dengan lembut di kursinya. Deon memberi isyarat kepada pelayan agar mengeluarkan makanan. Eden masih diam melihat makanan yang satu-persatu tertata rapi di meja dan kemudian di piringnya

Daging kambing.....

Eden alergi daging kambing.

Padahal ia sudah berpesan pada koki utama bahwa ia alergi daging kambing. Tetapi, apa yang harus diharapkan ratu yang sudah tidak dilihat oleh sang kaisar? Perlakuan lembut? Omong kosong.

"Saya hanya ingin mengatakan..."

Deon dan Anthony menghentikan kegiatan makan mereka dan menatap Eden begitu juga para pelayan. Semuanya menatapnya dengan tatapan tajam yang menusuk.

Sembari memotong daging di piringnya Eden berkata "saya tidak akan muncul di hadapan kalian sampai pesta musim semi, juga setelah pesta....."

Eden membawa daging itu masuk ke dalam mulutnya, bau kambing segera menyebar ke seluruh mulutnya, tekstur dagingnya juga sangat buruk. Eden benar-benar muak. Tidak perlu waktu lama Eden segera memaksa daging itu turun ke perutnya.

".... Jika saya mati, tolong makamkan saya di tempat yang hangat, saya tidak mau beristirahat di tempat yang suram"

Eden meletakkan alat makannya dengan anggun kemudian berdiri dari duduknya meninggalkan dua orang yang yang masih diam terkejut akan kata-kata Eden.

Langkah Eden tenang surainya yang berwarna hijau bercahaya di bawah sinar bulan menerangi tubuh yang kesepian dan rapuh itu.

"Liz"

"I-iya yang mulia"

"Mulut ku bau kambing"

Liz tercengang "ba-bagaimana bisa? Bukankah itu daging sapi? Saya secara khusus memberi tahu koki bahwa anda alergi ka-"

"Kepala pelayan"

"Iya?"

"Kepala pelayan adalah anak dari kepala pelayan sebelumnya, dia menyukai kaisar dan dengan cara yang terang-terangan menghinaku"

Seolah kepalanya baru bekerja Liz membelalakkan matanya, "pelacur sialan!" Umpat Liz tanpa sadar.

Eden mangabaikan liz dan terus berjalan menuju istananya yang terbengkalai dan sunyi.

Orang-orang memang sangat iri dengan posisi ratu. Tapi, tidakkah mereka tahu betapa sulitnya menjadi ratu yang sempurna?

Liz masih tidak habis pikir, anak yang selalu di besarkan dengan kasih sayang oleh Eden bisa dengan santai membiarkan Eden yang notabennya ibu kandungnya sendiri, terluka di hadapannya sendiri. mengingat kejadian itu membuat Liz teringat dengan apa yang di katakan Eden saat makan malam tadi.

".... Tolong makamkan saya di tempat yang hangat, saya tidak mau beristirahat di tempat yang suram" Liz memejamkan mata menghilangkan bayang-bayang suara itu dari kepalanya.

"Yang mulia, tolong jangan pergi ke manapun, jangan tinggalkan saya" sudut matanya basah pandangan matanya buram karena air mata Liz adalah wanita mungil yang sangat menghormati Eden. Ia merawatnya dengan sangat tulus dan sepenuh hati dan menganggap Eden sebagai tujuan hidupnya. Jika, tuannya sudah tidak ingin hidup, lalu bagaimana dengannya?

You Know I Want You [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang