~MILLY~
Sudah hampir satu bulan aku menyandang gelar sebagai Mrs. Clifford. Dan selama itu pula, aku juga selalu mendapatkan perlakuan buruk dari Chase, suamiku sendiri.
Walaupun sejak awal sebelum kami menikah, Chase tidak pernah bersikap baik. Tapi, semakin lama, sikapnya jadi semakin buruk padaku.
Sejak kami menikah, Chase semakin sering marah, berteriak dan merendahkanku. Dia memang tidak pernah melakukan kekerasan fisik padaku. Namun, lidahnya yang tajam serta ucapannya yang kasar terus menyakitiku. Sudah tidak terhitung berapa banyak kata-kata kasar, umpatan serta hinaan yang dia lontarkan padaku. Mulai dari jalang, licik, ular, penipu, golddigger, tidak berguna dan berbagai macam perkataan buruk lain yang tidak bisa kusebutkan.
Pada awalnya, hatiku terasa sakit dan telingaku terasa panas setiap kali mendengar semua perkataan itu. Tapi, aku terus berusaha bersabar dan menguatkan diri menerima semua perkataan dan perlakuan buruk darinya.
Kemudian, hal lain yang baru kuketahui setelah aku menikah dengan Chase adalah ternyata perbuatan yang dilakukan oleh Chase padaku saat dia mabuk di kondominiumnya dulu itu tidak membuatku hamil. Itu terbukti saat aku mendapatkan menstruasi seminggu setelah kami menikah.
Pada awalnya, aku ingin memberitahu Chase mengenai hal tersebut. Tapi, aku mengurungkan niatku. Selama ini, Chase tidak pernah peduli padaku. Dia tidak pernah bertanya apakah aku benar hamil setelah perbuatan kami malam itu atau tidak. Selain itu, aku juga mulai merasa nyaman tinggal bersama dengannya. Terlepas dari sikapnya yang buruk padaku, dia tetap memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami dengan memberiku uang secara rutin untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.
Sejak menikah dengan Chase, aku tidak lagi merasa khawatir memikirkan biaya uang sewa apartemen yang harus kubayarkan setiap bulan atau uang yang harus kukeluarkan untuk membeli kebutuhan makanan sehari-hari. Karena sejak aku tinggal di sini, Chase sudah menyediakan kamar dan uang belanja untukku.
Jadi, kurasa aku akan menikmati semua ini. Lagipula, apa bedanya antara aku memberitahu Chase apakah aku hamil atau tidak. Kami sudah terlanjur menikah, bukan?
Walaupun begitu, aku tidak serta merta berdiam diri atau bermalas-malasan di sini. Aku tetap bekerja dengan membersihkan rumah, mencuci baju, memasak serta melakukan berbagai macam kegiatan lain di rumah ini.
Aku bersungguh-sungguh saat mengatakan bahwa aku ingin berguna bagi Chase. Karena selain merasa bersalah, aku juga ingin berterimakasih padanya atas kenyamanan yang dia berikan padaku selama aku tinggal di rumahnya ini.
Tapi, niat baikku tersebut justru tidak ada harganya di mata Chase. Dia tidak pernah mau memakan makanan buatanku. Dia terus berteriak dan mencari-cari kesalahanku. Dan dia selalu mengabaikanku. Aku benar-benar tidak berharga di matanya. Karena begitu tidak berharga, dia hanya menganggapku sebagai wanita jalang yang dapat dia gunakan sebagai objek pelepasan.
Apakah aku memang serendah itu hingga Chase hanya menghargaiku sebatas itu?
Sungguh menyedihkan.
Aku terlalu larut memikirkan tentang bagaimana sikap Chase padaku selama ini. Hingga tiba-tiba, lamunanku terbuyar saat aku mendengar suara deru mobil di depan rumah.
Itu pasti Chase.
Dengan segera, aku berdiri dari sofa lalu berjalan ke arah pintu untuk menyambutnya.
Dan benar, itu memang Chase. Dia baru saja keluar dari mobil. Penampilannya masih sama seperti tadi pagi saat dia akan berangkat, yaitu dia masih mengenakan celana cargo bermotif loreng serta atasan kaos ketat berwarna abu-abu polos yang senada dengan warna motif yang ada di celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fragile
RomanceBerulang kali mendapatkan penolakan dari lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, membuat Milly Shelton berubah menjadi sosok yang rapuh. Hingga kemudian, dia bertemu dengan seorang pria tampan yang tangguh dan kuat, bernama Chase Clifford. Awal pe...