Bab 9

159 38 7
                                    

~CHASE~

Aku terbangun ketika merasakan silau matahari menerpa wajahku. Begitu sadar, aku merasakan sebuah tangan berada di atas perutku. Seketika, aku membuka mata dan melihat Milly sedang tidur di ranjang yang sama denganku. Bahkan, sebelah tangannya kini juga memeluk tubuhku.

Shit! Apa yang telah kulakukan dengan wanita jalang ini semalam? Bagaimana bisa aku tidur dengan wanita jalang ini?

Ini semua pasti karena efek alkohol yang kuminum semalam. Aku memang tidak mabuk. Tapi, alkohol itu berhasil mempengaruhi pikiranku hingga aku tergoda lalu meniduri wanita ini.

Benar-benar menjijikkan!

Seketika, perutku terasa mual mengingat fakta bahwa semalam aku kembali tidur dengan wanita jalang ini.

Dengan segera, aku menyingkirkan tangan Milly yang ada di atas perutku. Lalu, aku bangun dari ranjang tanpa peduli dengan penampilanku yang masih polos. Aku harus segera ke kamar mandi untuk memuntahkan sesuatu yang membuat perutku terasa tidak nyaman.

Ketika aku masih menunduk di depan wastafel sambil berkutat dengan rasa mual menyebalkan yang menggangguku, aku mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah kamar mandi.

"Chase, apa kau baik-baik saja?", terdengar suara Milly yang bertanya padaku.

Dengan masih menahan sedikit rasa mual, aku membasuh mulutku dengan air yang mengalir dari kran wastafel. Lalu, aku menoleh dan menatap ke arah pintu kamar mandi di mana Milly sedang berdiri saat ini.

Seketika, aku mengumpat dalam hati saat melihat penampilan Milly yang berantakan dengan gaun yang bagian dadanya sedikit terbuka dan tampak seperti terkoyak.

Pantas saja semalam aku tergoda hingga menidurinya. Sepertinya, bukan alkohol yang meracuni pikiranku. Melainkan, wanita jalang ini.

Jika dilihat dari penampilannya yang murahan seperti ini, sudah dapat dipastikan bahwa dia yang menggodaku lebih dulu.

Dan sekarang, dia kembali melancarkan aksinya sebagai wanita jalang dengan cara sengaja berpenampilan menggoda seperti ini lagi di hadapanku.

Dia benar-benar wanita jalang yang murahan!

Tapi, untung saja saat ini keadaanku cukup kacau hingga aku tidak termakan oleh godaannya.

"Keluar!", ucapku pelan namun tajam.

"Tapi, kau terlihat seperti sedang kurang sehat, Chase. Aku menghampirimu ke sini karena aku ingin membantumu."

Bukannya segera keluar, tapi Milly malah berjalan mendekat ke arahku.

"Apa kau tuli?! Aku sudah mengatakan padamu agar keluar dari sini! Jangan ganggu aku!", aku berbicara dengan menaikkan nada bicaraku.

Seketika, Milly menghentikan langkahnya.

"Aku hanya ingin membantumu, Chase.", ulangnya lirih dengan sorot mata yang tampak kecewa dan memancarkan luka.

"Aku tidak membutuhkan bantuanmu! Aku juga tidak membutuhkan dirimu! Apa kau tahu? Aku muntah seperti ini karena aku merasa jijik padamu! Aku sangat jijik ketika mengingat fakta bahwa semalam aku sudah tidur dengan wanita jalang seperti dirimu. Jadi, sekarang keluarlah dan jangan ganggu aku!", kali ini aku berteriak padanya.

Milly menggigit kecil bibir bawahnya dan matanya langsung berkaca-kaca. Ekspresinya juga berubah menjadi campuran antara malu, sedih dan terluka. Lalu, dengan segera dia berbalik dan berlari kecil keluar dari kamarku.

Sementara, aku mengerang frustasi karena kehadiran wanita jalang itu selalu saja membuat emosiku jadi tidak terkendali. Ditambah dengan keadaanku yang baru saja muntah dan masih sedikit mual, aku jadi semakin merasa kacau.

Setelah beberapa saat menenangkan diri, aku membasuh mukaku dan segera mandi. Sepertinya, mandi dengan air dingin yang segar adalah solusi yang tepat untuk memperbaiki suasana hatiku.

***

Saat ini, aku sedang dalam perjalanan pulang dari markas militer yang berada di pusat kota. Walaupun saat ini aku sedang libur dan sedang tidak bertugas, tapi aku tetap berkewajiban melapor beberapa hari sekali ke markas.

Seperti biasa, setiap kali pulang dari markas, aku akan mampir ke cafe milik temanku yang letaknya tidak jauh dari markas. Namun, sebelum aku sempat berbelok menuju ke jalan di mana cafe itu berada, ponselku yang ada di dashboard mobil berdering. Lalu, terlihat kontak ibuku yang sedang menelpon. Dengan segera, aku menekan tombol untuk menerima panggilan itu serta mengaktifkan mode loudspeaker.

"Halo, Mom...", jawabku.

"Halo, Chase. Apa kabar?", tanya ibuku.

"Aku baik, Mom. Bagaimana kabar Mommy dan Daddy?"

"Kami juga baik.", jawab ibuku lagi. "Oh ya, sebenarnya Mommy menelpon untuk memberitahu bahwa saat ini Mommy dan Daddy sedang dalam perjalanan menuju ke rumahmu. Kami merindukanmu dan Milly. Karena sejak kalian menikah satu bulan yang lalu, kita belum bertemu lagi. Jadi, sekarang kami yang akan mengunjungi kalian."

Seketika, aku membelalakkan mata.

"Apa? Mommy dan Daddy sedang dalam perjalanan menuju ke rumahku? Kenapa Mommy baru menelponku sekarang?"

"Memangnya kenapa kalau Mommy baru menelponmu sekarang? Apakah sekarang kau dan Milly sedang tidak berada di rumah?"

"Aku sedang berada di luar, Mom. Aku baru pulang dari markas untuk melapor. Hanya Milly yang ada di rumah sekarang. Jika aku tahu bahwa Mommy dan Daddy akan datang ke rumah hari ini, aku bisa menyuruh Milly agar memasak untuk kalian.", kataku berbohong untuk memberi alasan. Padahal, bukan hal itu yang kukhawatirkan. Melainkan, aku belum mengatakan pada Milly agar menjaga sikap di depan orang tuaku. Aku juga lupa belum mengatakan padanya agar merahasiakan keadaan hubungan kami yang sebenarnya dari para orang tua.

"Tidak perlu repot-repot, Chase. Justru, Mommy memiliki ide ingin memasak bersama dengan istrimu untuk acara makan malam nanti. Jadi, jangan beritahu apapun pada istrimu perihal kedatangan kami. Karena kami ingin memberinya kejutan."

"Tapi, Mom..."

"Baiklah. Kalau begitu, Mommy tutup dulu teleponnya. Sampai nanti, Chase."

Aku hendak berbicara lagi, tapi ibu sudah menutup teleponnya.

Jadi, aku segera menginjak pedal gas untuk mempercepat laju mobilku agar aku bisa sampai di rumah lebih dulu daripada orang tuaku. Karena aku harus segera berbicara pada Milly dan menyuruhnya tutup mulut agar tidak mengadu pada orang tuaku tentang bagaimana sikapku padanya selama ini saat orang tuaku datang di rumahku nanti.

***

FragileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang