18:Devinisi bahagia

15 1 0
                                    

HAPPY READING

Seperti takdir tuhan: sebagaimana yang telah Tertakar,
Tidak akan pernah Tertukar.

Seperti takdir tuhan: sebagaimana yang telah Tertakar,Tidak akan pernah Tertukar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---000---

Suara gedebuk pintu yang di banting kasar menghentikan perdebatan dua orang dewasa di depannya, lelaki dengan kaos yang di lapisi kemeja polos biru itu melempar tatapan datar pada lelaki yang rapi dengan setelan jas.

Bukan hal yang baru bagi Aydan, bahkan setelah bertahun-tahun perdebatan itu masih kerap terjadi, mungkin memang ayahnya tidak selalu pulang ke rumah namun perdebatan itu akan ada setiap kali lelaki yang Aydan panggil papa itu ke rumah.

Aydan adalah anak dari istri kedua, itu sebuah rahasia karena yang orang-orang tahu Aydan sudah tidak memiliki seorang ayah, dirinya adalah aib keluarga yang seharusnya di tiadakan, kebejatan ayahnya membawa Aydan lahir ke dunia dimana bahkan keluarga ayahnya tidak mengakui bahwa ia adalah seorang cucu.

Dan ketika Aydan sedewasa Sekarang ayah nya datang seolah tanpa salah mengatakan bahwa suatu saat aydanlah yang menggantikan posisi ayahnya di perusahaan. Sayangnya Aydan menolak, ia memang tidak kekurangan uang tapi Aydan kekurangan banyak kasih sayang.


"Aydan pap--"

"Aydan berangkat bunda" aydan menyalim tangan bundanya sebelum ia berlalu pergi begitu saja, enggan untuk sekedar menoleh ke arah ayahnya.

"AYDAN"

"BEGITU CARA KAMU MENGHORMATI PAPA? DI MANA SOPAN SANTUN MU?"

Langkah kaki Aydan berhenti, kepelanya meneleng namun masih enggan menatap pria tua itu.

"Lalu dimana anda ketika, saya butuh bimbingan sopan santun?"

Hening, tidak ada yang bersuara bahkan, hanya ada isak tangis di sana, dan aydan tahu betul siapa itu.

"Baru sekarang mempertanyakan sopan santun aku? Dulu kemana aja?"

"Aydan" suara lelaki itu melunak, ia menghela nafasnya,

"Papa kesini hanya ingin mengundang kamu untuk makan malam di rumah, adek kamu ulang tahun"

Gejolak amarah Aydan memuncak ketika ucapan itu meluncur bebas dari bibir ayahnya, ia berbalik menatap tajam pada lelaki yang seharusnya Aydan hormati.

"Aku nggak punya adek, aku hanya anak tunggal buangan, yang kadang di anggap, kadang pula di jadikan sampah" ujar nya penuh penekanan sebelum Aydan berjalan pergi, menuruni tangga rumahnya dengan cepat, meninggalkan kediaman rumah yang megah.

Bagian Dari Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang