08:Jalan mawar no 4

50 38 8
                                    

HAPPY READING

Aku suka kamu apa adanya,soal siapa kamu aku tidak peduli,ini hidup aku,ini pilihan aku, mereka ngak bisa ikut campur.

--Galen ray surendra--

--Galen ray surendra--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---000---


Angin sore berembus,hawa tenang menyapa permukaan wajah biyya yang putih bersih meski gadis itu tidak pernah memanjakan kulit nya dengan perawatan mahal,jangankan untuk membeli serangkaian skincare,biyya dapat makan tiga kali sehari saja sudah sangat gadis itu syukuri,karena terkadang roti buatan Wulan tidak laku sama sekali meski seenak apapun rasanya,jika di kawasan kumuh tempat tinggal Biyya roti itu tidak akan laku, penyebabnya jelas latar masa lalu wulan.

Terkadang Biyya bertanya-tanya kenapa bisa mereka sangat membenci Wulan,mereka bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi,mereka hanya menilai dengan apa yang mereka lihat dan dengar dan itupun bukan dari mulut Wulan langsung.

Kepala Biyya mendadak pening,mengingat lagi bagaiman Galen begitu gencar mendekati dirinya,meski sudah Biyya tolak dengan halus,apa yang lelaki itu lihat pada dirinya?, Biyya hanya perempuan biasa yang sedang berusaha menggapai kebahagian yang sangat gadis itu idamkan.

Memiliki hubungan seperti remaja lainnya jelas tidak ada dalam kamus biyya,karena bagi biyya pulang dengan keadaan semua roti dagangan Wulan habis adalah hal yang sangat membahagiakan.

Langkah Biyya yang mendorong sepeda putih itu semakin memelan ketika akan memasuki kawasan perumahan kumuh yang berada di belakang gedung-gedung pencakar langit,dan langkah biyya semakin memelan ketika suara-suara bisik-bisik itu terdengar di telinganya.

Sudah biasa,ini selalu.

Ketika wajah biyya melewati kumpulan ibu-ibu berdaster sudah pasti mereka menghujani biyya dengan bisik-bisik yang lebih tepat nya dikatakan berteriak,karena suara mereka jelas bukan bisikan.

"Tau nggak sih"

Di mulai dari kalimat itu,lalu muncul kalimat-kalimat selanjut nya yang berisi fitnah yang tidak berujung.

"Tetangga sebelah kemaren saya lihat berulah lagi,dia habis di antar om-om bermobil mewah,turun di Depan gang sana"

"Duhhh makin menjadi-jadi ya dia,kapan insyaf nya sih,anak nya udah gede padahal,kalau bunting lagi bukan cuman dia yang malu tapi anaknya juga"

Kuku-kuku biyya memutih saking kerasnya Biyya menggenggam setang sepeda,langkah nya kaku untuk sekedar melangkah,ingin sekali Biyya berteriak pada dunia jika ibunya tidak pernah melakukan hal-hal keji seperti yang mereka fikirkan.

Namun Biyya belum punya kekuasaan untuk berteriak,karena semakin ia berteriak semakin keras pula mereka menghujat.

"Bu ibuk mungkin itu temannya jangan langsung beropini tanpa tau yang sebenarnya jatuh nya fitnah lhoh"

Bagian Dari Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang