16:Pasar malam

25 12 4
                                    


HAPPY READING

Karena rasa tidak harus bersama pemiliknya untuk menjadikan ia lebih sempurna.

Karena rasa tidak harus bersama pemiliknya untuk menjadikan ia lebih sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---000---

Dari sepanjang cerita yang sudah Biyya alami, apa Biyya pernah bercerita jika selain bunga matahari, Biyya juga sangat menyukai bulan dan langit malam, baginya bulan selalu indah, sendirian tapi tampak baik-baik saja, meski memang terkadang ada bintang, namun tidak selamanya bintang selalu mengitari poros bulan.

Bulan tetap bersinar terang, kecuali ketika mendung menghampiri, dari jendela mobil, Biyya menatap seksama bulan di atas sana, senyum kecil terbit dari bibir nya, dari yang Biyya lihat bulan seolah mengikuti kemana mobil ini melaju.

Dari arah samping, Galen ikut tersenyum ia ikut bahagia ketika melihat senyum di bibir Biyya, itu yang Galen mau, Biyya harus tersenyum bukan wajah murung penuh beban yang sering Galen dapati.

Galen berdehem, menarik atensi Biyya.

"Kita langsung pulang?" Ujar nya, berharap Biyya menjawab tidak, karena jujur Galen ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama Biyya, ia ingin menatap lebih lama wajah cantik Biyya.

"Kak Galen mau mampir kemana memang?"

Galen tersenyum "bukan gue, Lo mungkin, setahu gue di depan ada pasar malam, Lo mau mampir dulu?"

Sebenarnya Biyya ingin langsung pulang, tapi menolak ajakan Galen juga bukan pilihan, rasanya tidak enak, keluarga Galen sudah sangat baik pada nya hari ini.

"Kalau Lo nggak mau mampir juga nggak apa-apa kok" lagi, Galen memaksakan senyumnya.

Galen tahu, perempuan di samping ini sudah melalui masa yang sulit, ia tidak akan memaksa kalau memang Biyya tidak ingin, tetap seperti ini biar Galen yang berusaha sampai Biyya sendiri yang mengangguk.

Lelaki itu menghela nafasnya, rasanya seperti menaiki Komidi putar, tidak berlanjut juga tidak stuck di satu tempat, seperti apa perasaan Biyya sebenarnya? Dan jawaban apa yang sudah perempuan itu temui.

"Kak"

Galen menoleh dengan cepat "kita mampir pasar malam aja dulu"

Hanya itu, tapi rasanya Galen seperti terbang ke angkasa, ia bahagia.

"Soal pertanyaan lo selama ini--" galen menggantungkan kalimat nya takut menyakiti hati biyya, namun biyya sadar kemana arah pembicaraanya dengan galen.

"Bukan. ternyata benar ibu pernah menikah, lalu lelaki itu pergi begitu saja, sampai sekarang ibu nggak tahu dan nggak mau tahu dia di mana" jelas biyya pelan, lalu ia tersenyum menoleh ke arah galen.

"Bagi ibu, hubungan mereka berakhir ketika dia pergi dan nggak kembali bahkan saat aku lahir"

"Lo nggak mau cari tahu??"

Bagian Dari Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang