20:Ruang waktu

21 3 0
                                    

HAPPY READING

---Terjebak di antara semua masalah hidup bukan berarti kamu harus menyerah,ada waktu untuk beristirahat lalu kembali fokus pada tujuan awal---

---Terjebak di antara semua masalah hidup bukan berarti kamu harus menyerah,ada waktu untuk beristirahat lalu kembali fokus pada tujuan awal---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---000---


Bandung di guyur hujan, tidak lebat namun tetap meninggalkan genangan-genangan di sepanjang jalan, biasanya hujan datang membawa kesedihan, meskipun tidak semua orang setuju, namun banyaknya justru merasakan hal itu, selain kesedihan hujan juga indentik dengan kenangan entah itu kenangan indah atau kelam.

Aroma petrichor menguar ketika kaki rapuh itu menjejaki etalase-etalase toko kue yang berjajar, dia adalah Wulan callista Saraswati, nama yang ibunya beri dengan begitu banyak doa baik,namun justru nasib buruk yang menimpa perempuan berumur akhir 40-han tahun tahun itu. Bibir tanpa warna itu tersenyum pedih ketika melihat sebuah kue ulang tahun berukuran kecil dengan angka 16 tahun yang terpajang di etalase toko, nafasnya memberat, lalu perempuan itu membuka dompet yang sedari tadi ia genggam erat, hanya selembar uang bewarna merah disana.

Kaki Wulan melangkah, dalam hati perempuan itu berharap semoga kue yang baru saja ia lihat harganya sesuai dengan uang yang ia pegang.

"Selamat datang di toko choco and cake, ada yang bisa di bantu ibu?" Pramusaji bersuara ramah, dengan senyum lebar menyambut Wulan pertama kali.

"Yang itu"Wulan menunjuk satu kue, ukurannya jauh lebih kecil dari ukuran-ukuran kue di sekelilingnya "berapa ya mbak?"

"150 ribu ibu? Mau di bungkus?"

"yang harga di bawah 100 ribu ada mbak?"

Pramusaji itu menatap Wulan bingung, namun bibirnya kembali tersenyum "nggak ada ibu,tapi mungkin ini rezeki ibu, ada satu kue yang salah decor, ibu bisa ambil yang itu"

Wulan tersenyum lebar ia mengangguk kecil, ketika pramusaji itu pergi kebelakang.

Tidak lama pramusaji itu kembali dengan satu kue yang berukuran sedang dengan coklat leleh,tidak ada hiasan apapun di atasnya.

"Ibu mau ambil yang ini?"

"Boleh mbak, berapa harganya, kalau di tambah dengan lilin?"

"100 ribu aja Bu"

Dengan gerakan cepat Wulan membuka dompetnya, mengeluarkan satu lembar uang yang ia simpan selama berhari-hari yang lalu, Wulan bahkan rela memotong modal untuk roti demi bisa membelikan biyya satu kue ulang tahun.

Kue selesai di bungkus,Wulan keluar toko dengan wajah bahagia, dalam benaknya semoga biyya suka, langkahnya ringan,meski beban yang tidak terlihat penuh menduduki kedua pundak rapuh Wulan, senyum itu perlahan luntur ketika entah dari mana seseorang berjalan dengan setelan jas rapi, sepatu pantofel yang mengkilap, ditemani satu orang supir yang berjalan sambil memayungi.

Bagian Dari Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang