15:Langkah pertama

45 15 2
                                    

HAPPY READING

Sekecewa apapun kamu,tetap ingat.
Kalau pelangi nggak akan datang tanpa hujan.

Kalau pelangi nggak akan datang tanpa hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---000---

Bell tanda pelajaran telah usai berbunyi di seluruh penjuru galaxy, dari semua kelas, kelas sebelas MIPA 1 yang diisi Galen riyuh, buru-buru membereskan perlengkapan tulis, termasuk Galen dan aydan.

Dua laki-laki itu, tidak. Sebenarnya hanya Galen, karena aydan masih sedang asik dengan ponselnya, buru-buru Galen memasukkan semua buku kedalam ransel, lalu ia menoleh ke arah aydan.

"Lo nggak balik sekarang Dan?"

"Lo duluan aja, gue mau ngebasket bentar" sahut Aydan, tanpa mengindahkan tatapannya pada ponsel.

"Beneran?"

"Hmmm"

"Lagian Lo mau ajak Biyya pulang bareng kan? Gue nggak mau jadi nyamuk" lanjut Aydan lagi.

Galen terkekeh geli, ia mengapit ransel abu-abu di tangan kirinya, lalu mengecek ponsel.

"Lo emang temen paling pengertian" puji Galen. "Gue duluan ya"

Galen melangkah pergi keluar kelas, sebelum tubuh Galen menghilang aydan berteriak nyaring.

"Have fun,pepet terus,sampai biyya ngangguk-ngangguk iya"

Tanpa berbalik aydan mengacungkan jari jempolnya,lalu menghilang ketika tubuhnya keluar dari ruang kelas.

Aydan menghela nafas panjangnya,menaruh ponsel yang layar nya masih tertera sebuah game. Lelaki itu bersandar pada sandaran kursi, menatap kosong ke arah papan tulis dengan coretan-coretam angka yang sama sekali tidak aydan mengerti, lantas bibir nya menarik senyum sendu.


"Kepedulian lo,malah jadi boomerang untuk diri lo sendiri aydan" ujar nya pada bangku-bangku kelas yang tidak berpenghuni

****

Apa yang direncanakan aydan gagal total, ketika mengetahui jika Biyya sudah lebih dulu pulang, bahkan sebelum Galen sampai di kelas perempuan itu. Dengan wajah datar antar kesal dan kecewa Galen pulang, merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk, matanya menjelajah seisi kamar yang dominan bewarna putih dengan beberapa aksen warna hitam, sangat khas seorang lelaki.

Fikiran nya menerawang, pada titik dimana ia dan Biyya bertemu, pertemuan mereka begitu singkat namun kenapa bisa Galen seolah sudah mengenal Biyya lebih dulu, wajah Biyya begitu familiar di matanya, Biyya benar-benar seperti seorang yang lama tidak Galen temui.

Pergerakan pintu yang terbuka, membuat Galen menoleh, Belinda berdiri disana dengan senyum yang mengembang.

"Udah pulang?"

Bagian Dari Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang