21: Terimakasih telah hadir

32 4 2
                                    

HAPPY READING

Dari semua kejadian yang pernah terjadi dalam hidup ku,kehadiran kamu adalah yang sangat aku syukuri.

Dari semua kejadian yang pernah terjadi dalam hidup ku,kehadiran kamu adalah yang sangat aku syukuri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---000---


Dua orang itu duduk tenang, menghadap ke arah kolam buatan yang berada di bagian selatan area sekolah, dikelilingi oleh pepohonan yang rindang dengan ranting menjuntai ke arah air yang jernih.

"Jadi?"

Biyya menoleh,ia tersenyum kecil "Biyya udah siap"

"Untuk Pernyataan Kak Galen waktu  itu, Biyya bersedia"lanjut gadis dengan kuncir kuda itu.

Selama Galen hidup mungkin baru hari ini lelaki itu merasakan bahwa kebahagiaan memang tercipta untuk dirinya, ia selalu beruntung memiliki keluarga yang harmonis, kekayaan yang melimpah, wajah yang melebihi kata tampan, dan sekarang perasaan cintanya yang tidak tertolak.

Dengan senyum merekah, Galen menarik Biyya kedalam pelukannya, merebahkan dagunya pada bahu kecil Biyya.

"Janji untuk nggak nyembunyiiin apapun dari gue, karena apapun yang akan terjadi kedepannya Lo harus percaya kalau gue selalu ada satu langkah di belakang Lo"

Dari balik punggung Galen, Biyya tersenyum kedua matanya berkaca-kaca. "Kak Galen juga harus janji, untuk nggak ninggalin Biyya, juga nggak akan buat Biyya kecewa untuk kesekian kalinya"

Galen merenggangkan pelukannya, kedua tangannya terulur menangkup pipi chubby milik Biyya.

"Bi, manuisa itu nggak bisa di pegang omongannya, jadi disini gue nggak akan janjiin Lo apapun, tapi gue bakal buktiin langsung ke elo" wajah Galen mendekat ia tersenyum begitu manis.

"Kalau gue nggak akan pernah buat Lo kecewa, nggak sekarang dan nggak untuk hari-hari yang akan datang"lalu tangan Galen menjawil hidung mungil Biyya, sampai perempuan terkekeh geli.

"Makasih telah hadir, Lo bener-bener pelangi di hidup gue, bedanya Lo muncul bahkan ketika hujan sedang deras-derasnya mengguyur bumi, dan  semoga Lo nggak datang untuk pergi"

Biyya diam sebentar, ia meraih tangan Galen menggenggam nya erat lalu mengangkatnya tinggi.

"Semoga tangan ini bisa terus saling menggenggam" ujarnya pelan yang di Amini langsung oleh Galen.

Sisanya mereka kembali semua topik, demi menghidupkan suasana yang tidak canggung, namun membuat Galen sering kehabisan topik, yang ada di fikirannya saat ini, ia harus bisa  membuat  Biyya tertawa dengan keras, agar raut-raut sedih itu menghilang.

****

"Kak disini aja"

Galen menoleh, ia menggeleng keras "engga, gue bakal antar Lo sampai depan rumah"

"Jangan, Biyya mohon"

"Gimana kalau Lo dalam bahaya? Gue nggak bisa turunin Lo di depan sini bi"

Biyya tersenyum meyakinkan "ini kan masih sore, nggak ada kejahatan kok, Biyya janji untuk sampai rumah dengan selamat"

Sebenarnya Galen tidak setuju namun ia tidak punya pilihan, belum lagi harus menatap wajah Biyya penuh permohonan.

"Ok"

Gadis itu tersenyum lebar, ia segera turun melambaikan tangan pada Galen,lalu berjalan pelan memasuki gang yang akan menuju rumahnya, sesekali Biyya berhenti untuk menoleh dan mendapati mobil Galen masih di tempat, baru ketika Biyya semakin jauh memasuki gang mobil Galen menghilang.

Dengan wajah berseri-seri Biyya mendorong pintu kayu rumahnya, dan mendapati rumah yang kosong.
Hujan memang suda reda namun jejaknya masih bisa Biyya lihat.

"Ibu belum pulang?" Gumamnya lalu tidak lama pintu depan kembali terbuka, biyya yang belum masuk ke kamar, reflek menoleh, mendapati Wulan dengan pakaian yang basah juga seguah paper bag yang juga basah.

"Bu?" Biyya mendekat, wajah ibunya tidak hanya pucat, namun kedua matanya juga membengkak dengan hidung yang memerah, Biyya menopang bahu Wulan yang lemah.

"Bu, kenapa?"

Wulan tidak menjawab, tatapannya kosong, sebelum kesadarannya hilang, Wulan tumbang kearah Biyya.

"BUUU"

Biyya panik, ia segera memapah ibunya menuju kamar, mengompres kening Wulan, setelah Biyya berhasil menggantikan pakaian Wulan yang basah.

Entah apa yang Wulan alami hari ini, namun yang pasti sesuatu yang buruk telah terjadi.
Biyya menghela nafasnya,ia duduk di dekat kepala Wulan, mengusap nya beberapa kali, bahkan dalam keadaan tidak sadar pun Wulan masih menangis.

"Bu apa yang udah ibu alami hari ini?"Biyya berbicara pada tubuh Wulan yang tidak sadarkan diri.

"Ibu cape? Ibu lelah ya? Jangan nyerah Bu, hidup kita masih panjang, kita pasti bisa lewatin semuanya" Biyya mengecup puncak kepala Wulan penuh sayang.

"Bu, jangan tinggalin Biyya sendirian ya, janji sama Biyya kalau kita akan bahagia sama-sama, jangan tinggalin Biyya sendirian"

Bahu Biyya bergetar, menahan Isak tangis, selama hidupnya Biyya jarang melihat ibunya menangis, apa lagi di hadapan Biyya, Wulan tidak pernah melakukan itu,.
Yang Biyya tahu ibunya wanita yang kuat,ibunya wanita yang hebat dan Biyya hanya memiliki ibunyan di dunia ini.

Wulan adalah sosok ibu, ayah, saudara laki-laki dan perempuan serta nenek untuk Biyya, Wulan tidak membiarkan Biyya merasa berbeda meski tanpa Wulan ketahui Biyya sama lelahnya dengan nya.

"Bi"

Biyya tersentak ia bangun menatap ibunya sendu.
"Ibu kenapa?"

Wulan tersenyum perih "selamat ulang tahun anak ibu"

"Selamat ulang tahun matahari ibu, selamat ulang tahun pelangi ibu, selamat ulang tahun putri ibu, selamat ulang tahun nyawanya ibu,sehat selalu sayang, semoga Biyya selalu dalam keadaan yang bahagia,ibu--" Wulan terbata, air matanya kembali luruh melihat Biyya yang juga terisak

Kedua ibu dan anak itu saling memeluk, memberikan kekuatan-kekuatan agar bisa menghadapi takdir hidup yang tidak ada manis-manisnya.

"Ibu sayang Biyya"

"Biyya jauh lebih sayang ibu, jangan begini, jangan hujan-hujanan ibu harus jaga kesehatan ibu harus tetap sehat sampai kita bisa hidup bahagia bersama"

Wulan mengangguk ia mengusap-ngusap kepala Biyya.

"Ibu punya kue untuk Biyya" Wulan ingin berdiri namun Biyya menahan, ia keluar sebentar ke dapur lalu kembali dengan sepiring kue yang bentukannya sudah tidak utuh, coklat-coklat yang sudah meleleh dan beberapa bagian bahkan sudah terlihat bagian dalamnya.

"Maaf, kuenya jadi hancur gara-gara ibu"

Biyya menggeleng, ia tersenyum mengeluarkan lilin, menghidupkannya lalu menaruh di dekat Wulan.

"Tahun ini ulang tahun Biyya yang nggak akan pernah Biyya lupain,kita tiup lilinnya sama-sama ya Bu"

Wulan mengangguk lemah.

"1"

"2"

"3"

Lilin yang berdiri tegak di tengah-tengah kue padam, menyisakan asap yang terbang lalu menghilang, dalam keterdiaman itu Biyya kembali memohon pada Tuhan agar ibunya di beri umur panjang, setidaknya sampai ibunya bisa tersenyum bahagia.

"Sekali lagi selamat ulang tahun dunianya ibu"

---to be continue---

Cerita di ketik di tengah dunia nyata sedang sibuk-sibuknya, semoga masih ada yang bersedia nunggu sampai ending ☺️ luv buat kalian yang masih setia baca.

Aceh06/05/23

Bagian Dari Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang