"Jonathan tuh dulu pernah kehilangan adeknya Kas, ga sengaja kebunuh sama Reno, kakaknya Ryan."
Brian melirik, melihat Angkasa yang menghela napas kasar dengan sebelah tangan terangkat menutupi matanya yang terpejam.
"Ya tapikan bukan berarti gunain masalah Angkasa buat balas dendam, Yan," ujarnya.
Pria Bumantara itu sudah pulang ke rumah nenek, baru selesai diurut kakinya dan kini rebahan di atas tempat tidur seraya ditemani Brian.
"Iya tau, tapi gimana lagi Kas? Anak-anak nggak ada yang berani nyegah Jonat." Brian sedikit memundurkan posisi duduknya, kini bersandar pada headboard tempat tidur Angkasa. "Adeknya Jonathan tuh, seumuran kamu Kas, makanya pas kenal kamu dia keinget adeknya. Makanya, anak-anak juga nggak ada yang protes kalo semisal Jonat nge-anak emasin kamu."
"Anak emas apaan sih? Sama aja kali."
"Beuuh kamu mah gatau Kas. Kemarin pas kamu minta izin nggak ikutan tawuran, diizinin gitu aja sama si Jonat. Coba kalo anak lain yang minta izin? Susah Kas, bakal dicurigain berkhianat!"
Angkasa mengusap wajahnya kasar. Jauh-jauh ia menghindari Ryan, ternyata Jonathan punya masalah juga sama keluarganya.
"Emang kenapa sih? Apa masalah Jonat sama keluarga Davies?" tanya Angkasa akhirnya tak tahan juga menahan rasa penasarannya.
"Dari dulu musuh bebuyutan Kas," jawab Brian. "Tapi puncaknya ya pas itu. Dulu adeknya sendiri yang berkhianat, malah gabung sama anak Davies yang malah dikhianati juga sama anak Davies. Ya gitu, selesai bocorin rencana kita, dia diserang nyampe nggak sengaja kebunuh. Tapi Kas, tau nggak?"
Angkasa menoleh, menunggu Brian melanjutkan ceritanya.
"Adeknya Jonat gabung Davies juga buat nyari bocoran rencana mereka nyerang gengnya Jonat, dia juga nggak bener-bener bocorin rencana Jonat. Itu bikin Jonat ngerasa nyesel banget."
Angkasa tertegun. Kini paham, mengapa dulu Jonathan menyuruhnya pulang. Menyuruh Angkasa untuk memperbaiki hubungan dengan Sahmura. Pria itu pasti teringat akan adiknya. Jonathan tidak ingin Angkasa menyesal.
"Terus, kakaknya Ryan gimana?"
"Di penjara, gatau deh kapan keluarnya."
Angkasa mengangguk-ngangguk saja menanggapinya.
"Syukur deh kamu cuma berurusannya sama Ryan, bahaya kalo sama Reno."
"Kenapa?" tanya Angkasa, kini kembali melabuhkan perhatiannya pada Brian.
"Reno dari dulu bahaya banget Kas, udah dipandang buruk juga sama orang-orang. Kayaknya kalo keluar dari penjara dia makin ga peduli sama pandangan orang-orang tentang dia, bakal lebih bahaya lagi kayaknya, Kas. Hati-hati aja deh."
Angkasa mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya berkecamuk amat kacau. Entah akan semarah apa Ryan jika tau, Jonat menyerangnya karena Angkasa.
"Abaaang!"
Sang Raja Muda Angkasa tersentak, menoleh ke arah pintu dan tersenyum melihat Sahmura berlari menghampirinya. Pria itu kemudian segera mendudukkan dirinya bersandar pada headboard tempat tidurnya.
"Kok nggak bilang-bilang pulang duluan sih? Kan Sahmura bilang gausah sekolah, malah ngeyel sih, jadinya makin sakit kan!" omel Sahmura seraya mengerucutkan bibirnya.
Gadis itu duduk di sisi ranjang Angkasa seraya memandang sang abang dengan kening mengkerut marah.
Angkasa membuka mulutnya, sudah hendak menyahuti omelan Sahmura ketika tiba-tiba saja Brian menyelanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Muda Angkasa
Teen Fiction"Raja muda angkasa itu, ditakdirkan untuk selalu mengagumi langit." update once a week Copyright © 2021, faystark_