group JonathJonathan: nanti sore atur strategi
Ajang: siap
Brian: bawa minum nggak
Toni: BAWA DONG BROTHER
Angkasa: tobat
Toni: ikut ga?
Ajang: SI KASA MANA BISA MINUM ANJIR
Angkasa: nggak dulu ini lagi proses mengurangi dosa
Brian: walaupun tobat seribu tahun kalo masih gelut apa gunanya??
Angkasa: sat
Angkasa: tapi beneran nggak bisa ikut sorry ya
Jonathan: kenapa sa?
Angkasa: besok mau nganter sahmura
Jonathan: ooh okee gapapa
Angkasa: sorry ya jon
Jonathan: gapapa santaii
"Angkasa."
Tepat setelah Angkasa menyelesaikan percakapannya dengan Jonathan pada ponsel pintarnya, seseorang dari bangku sampingnya tiba-tiba saja memanggilnya.
"Kenapa, Nin?" tanya pemuda Bumantara.
"Kemarin ada yang belum aku sampein," jawab Anin.
"Oh...." Angkasa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, mendadak merasa begitu canggung. "Apa?"
"Waktu kamu nggak sekolah, ada pembagian tugas kelompok buat presentasi. Kamu masuk kelompok aku bareng Wildan sama Dadan juga, kalo kamu keberatan sama kelompoknya, boleh tukeran sama yang lain kalo ada yang mau," jelas Anin.
"Oh iya, nggak papa kok, aku gabung kalian aja."
"Oke," pungkas Anin seraya mengangguk-angguk sambil mencatat sesuatu pada buku catatannya.
Angkasa di tempatnya masih memperhatikan Anin dengan bingung. Memang sih, ada sedikit perubahan dari sikap Anin, tapi tidak terlihat begitu banyak. Angkasa pikir, setelah apa yang dilakukannya pada Anin kemarin sore, Anin akan menjauhinya.
Tetapi ternyata gadis itu masih berprilaku seperti biasanya, seolah kemarin tidak terjadi apa-apa.
Sementara itu, Anin di sisinya, terlihat bergerak tidak nyaman. Sadar sedang diperhatikan, ia mengangkat sebelah tangannya, menopang dagunya sambil mengubah poisi duduknya menjadi sedikit menyerong. Berusaha menyembunyikan dirinya dari perhatian Angkasa.
Salah besar jika Angkasa mengira kejadian kemarin tidak mempengaruhi Anin, jelas hal itu sangat amat mempengaruhi si gadis Anindya.
Bukankah terlihat jelas? Anin pun sedikit merubah sikapnya pada Angkasa? Sejujurnya, ia juga ingin mencoba melupakan segala perasaannya pada Angkasa setelah apa yang Angkasa katakan padanya kemarin sore.
Tetapi keinginannya runtuh saat gadis itu kembali hendak menemui Angkasa untuk menyampaikan tujuan utama ia menemui pria Bumantara sore itu. Anin tidak sengaja melihat Angkasa menangis di pelukan sang nenek. Pada saat itu, Anin sebenarnya sudah hendak kembali melangkah pulang, tetapi mendengar isakan amat menyesakkan dari Angkasa membuat langkahnya terhenti begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Muda Angkasa
Fiksi Remaja"Raja muda angkasa itu, ditakdirkan untuk selalu mengagumi langit." update once a week Copyright © 2021, faystark_