Angkasa 25: Di Bawah Temaram Lampu Jalanan

150 23 10
                                    

"Dingin ya, Sah?" tanya Angkasa yang sebenarnya, lebih terdengar seperti sebuah permintaan untuk disetujui.

Sahmura menoleh, tidak langsung menyahuti dan kini tangannya justru bergerak, menyodorkan cokelat ke depan mulut Angkasa yang segera dilahap pemuda itu.

Keduanya sama-sama mengenakan jaketnya merasa dingin, Sahmura dan Angkasa kini sedang memakan cemilan malam seraya menonton televisi.

"Aneh nggak sih? Jarang-jarang dingin gini."

"Kamu lebih dingin Sah," sahut Angkasa yang langsung mendapat delikan tak terima dari si yang perempuan. "Dulu. Jangan dingin lagi ya? Udah kayak gini aja."

Sahmura tidak memberi banyak respon, pandangan mata gadis itu fokus pada layar televisi walau pikirannya jauh berkelana.

Sebenarnya apa sih yang membuat Sahmura masih enggan memeluk Angkasa?

Gadis itu melirik pada sosok Angkasa di sisinya. Merasa tidak ada lagi halangan untuk memeluknya, lantas gadis itu memanggilnya. "Abang."

Angkasa hanya meliriknya sebentar dengan mulut menegak segelas air putih. Pandangannya kini kembali fokus pada layar televisi yang sedang menayangkan film Bridge to Terabithia. Melihat respon itu, Sahmura menggigit bibir bawahnya ragu. Tangannya perlahan bergerak sama ragunya. "Bang, mau dipel-"

"Bentar," sela Angkasa saat merasakan getaran pada ponselnya. Pria itu segera membuka pesan masuk dari Dean.

Dean: kasa, ryan udah mau nemuin kamu. Tapi harus sekarang, di gang yang waktu itu katanya

Angkasa melebarkan matanya. Dengan tanpa pikir panjang, ia beranjak dari duduknya, hendak segera menemui Ryan.

"Abang! Mau ke mana?" panggil Sahmura.

"Ada urusan dadakan nih!" sahut Angkasa, sejenak menghentikan langkahnya.

Sahmura terlihat menurunkan bahunya lesu lengkap dengan garis wajah yang menyendu. "Janji pulang ya!" serunya.

"Iya Sahmura, iya!" balas Angkasa mengiyakan saja seraya kembali melangkah cepat.

Lagian, Angkasa hanya datang menemui Ryan untuk meminta maaf saja, tidak akan lama dan sudah dipastikan akan pulang.

Tetapi perkiraannya harus patah begitu saja, saat memasuki gang itu, Angkasa sudah disambut oleh banyak preman di sana. Ryan yang berdiri di tengah-tengah jalan, tersenyum melihat Angkasa datang sendiri dengan tidak membawa apa-apa.

Dean ada di dekat Ryan bersama Arya, melambai seraya tersenyum pada Angkasa. Pemuda itu kemudian melangkah menghampiri Angkasa dan membisikkan sesuatu pada telinganya. "Ryan bawa banyak anak buahnya, tapi tenang aja kalo mereka macem-macem, ada Dean sama Arya di sini."

"Makasih," balas Angkasa pelan walau setelahnya ia meneguk ludahnya saat Dean kembali ke tempatnya dan Ryan melangkah menghampirinya.

"Kata Arya kamu mau nemuin saya ya? Mau ngapain?" tanya Ryan.

"Mau minta maaf," jawab Angkasa seadanya. "Maafin saya karena dulu mukulin kamu."

"Oke," balas Ryan membuat Angkasa samar mengernyit bingung. Semudah itu?

Tetapi yang namanya Ryan ini penuh akan dendam. Jelas tidak akan semudah itu. Ryan melangkah semakin mendekati Angkasa dan membisikkan sesuatu pada telinganya. "Kamu tau? Waktu itu Jonathan pernah nemuin saya?"

Angkasa meneguk ludahnya, menatap Ryan yang melangkah mundur. Sorot mata Angkasa datar, namun terlihat gentar. Perasaannya mulai terasa tidak enak.

Raja Muda AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang