"Kemarin aku masih liat dia berantem kok!"
Perkataan dari sosok gadis berambut panjang lurus sepunggung yang kini duduk di hadapan Anin, sukses membuat gadis berpipi chubby itu mengalihkan perhatian dari buku yang dibacanya.
Anin melirik dari balik bukunya, menguping pembicaraan dari sekumpulan gadis yang sedang bergosip di hadapannya.
"Sumpah ya! Aku tau sih, kelas kita emang banyak yang nakalnya. Tapi nggak ada tuh yang sebejad Angkasa? Senakal-nakalnya cowok dikelas ya paling cuma ngerokok? Gapernah ada yang ikut tawuran?"
"Ssstt! Na ih, ada orangnya!" tegur si yang berambut pendek.
Anin kini mengalihkan perhatiannya pada sosok yang sedang dibicarakan. Iya. Laki-laki itu memang ada di sana, di salah satu sudut ruangan kelas. Duduk lesehan di lantai sambil sibuk bermain games.
"Ya emang kenapa kalo masih ada orangnya? Dia dikatain beban kelas aja keliatan nggak peduli!" sinis Selena kini sedikit menaikan volume suaranya. Sengaja menyindir Angkasa yang masih saja terlihat tidak peduli.
"Eh, tapi iya juga ya? Sekarang Angkasa keliatan lebih bisa ngatur emosi gitu?"
Anin mengernyit. Kembali mengangkat buku untuk menutupi wajahnya dan kembali menguping percakapan mereka.
"Tapi bagus dong kalo udah bisa nahan emosi? Seenggaknya dia nggak sering marah-marah lagi."
Selena yang sedari tadi memang mulutnya sangat julid dan pedas, segera menyahuti.
"Iya bagus sih, tapi masih banyak jeleknya." Selena melirik sinis pada Angkasa. "Inget kata Pak Solihin? Dia yang bikin nilai rata-rata kelas jelek."
Siti yang sejak tadi jadi pendengar kini turut menyahuti. "Ya nggak papa atuh Na, yang penting kan dia ada perubahan jadi lebih baik."
"Udah ah jangan bahas lagi Angkasa. Mending bahas itu tuh, gosip panas. Elena dari MIPA 3, kalian tau nggak? Katanya kemarin keperegok...."
Saat topik pembicaraan mereka berganti, Anindya tidak lagi memperhatikannya. Kini terdiam, memandang pada sosok Angkasa.
Pikirannya berkecamuk.
Mungkin Angkasa memang sebejad itu, tapi emang perlu ya? Nyampe dikatain yang nggak baik?
Jujur saja Anin tidak pernah mau berurusan dengan Angkasa, tetapi kejadian semalam membuat Anin berpikir keras. Membuat pandangannya terhadap Angkasa perlahan berubah, samar tumbuh di kepalanya.
Angkasa sebenarnya orang baik.
Anin merasa, Angkasa mempunyai hati yang baik. Walaupun beberapa kali Anin mendengar cerita dari teman-teman di kelasnya yang mengatakan bahwa; Angkasa bukan anak baik-baik lah, Angkasa si tidak berperasaan lah, Angkasa si emosian lah, yang bikin nama kelas jadi jelek lah, inilah, itulah. Apapun julukan jelek untuk Angkasa, Anin tetap merasa Angkasa tidak seburuk itu.
Tidak punya perasaan apanya? Bukankah terlihat jelas jika dirinya amat sayang pada adik perempuannya?
Ditengah-tengah larutnya pandangan Anin pada sosok Angkasa. Siang itu, sesuatu yang benar-benar mengejutkan terjadi.
Sebuah bola terlempar masuk cukup keras ke dalam kelas itu, memecahkan salah satu kaca di dinding.
Kaca yang berada tepat di atas Angkasa.
Anin melotot kaget. Seisi kelas terdiam setelah sebelumnya terdapat pekikan terkejut karena suara pecahan kaca yang tiba-tiba.
Seluruh pasang mata kini terfokus pada Angkasa. Pada Angkasa yang menunduk menutupi kepalanya dengan kedua tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Muda Angkasa
Genç Kurgu"Raja muda angkasa itu, ditakdirkan untuk selalu mengagumi langit." update once a week Copyright © 2021, faystark_