↳①⓪┊ NO WAY BACK

4.7K 783 589
                                    

1ੈ‧₊˚ ┊ 𝙽𝙾 𝚆𝙰𝚈 𝙱𝙰𝙲𝙺
─── · 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───
ⓐⓡⓡⓐⓘⓝⓘⓔⓡ






































































SETELAH PERTANDINGAN QUIDDITCH keduanya berkumpul kembali di ruang baca Slytherin.

"Okay, why Professor Snape?" mulai Sabumi.

"Potter dan lainnya mungkin saja beramsumsi jika yang memantrai sapu Potter adalah Profesor Snape."

"Dan entah mengapa Profesor Snape sangat tak suka sekali dengan Potter jadi masuk akal jika Weasley dan Granger membakar jubahnya, karena curiga padanya. Make sense."

"Tapi, mengapa mereka membakar jubah Profesor Snape?" tanya Sabumi lagi.

"Mungkin mereka tak sempat melihat Profesor Quirrell mengucap mantra juga."

"Valid." tangan Sabumi menyentuh dagu, memasang pose berpikir. "Jadi menurutmu siapa yang memantrai Potter? Dan alasannya?"

"Entahlah, saat jubahnya terbakar. Kursi guru menjadi ramai. Dua-duanya berhenti mengucap mantra, Potter berhasil naik kembali. Terbang melesat, hampir menelan Golden Snitch. Gryffindor menang."

"Shut up [Name], itu menyebalkan kalau harus kalah kau tahu? Nanti aku akan masuk tim Quidditch secepatnya. Lalu menang untuk Slytherin, dia cuma beruntung masuk lebih awal," protes Sabumi masih tak terima dengan kekalahan Slytherin.

"Oke, kembali ke topik." [Name] membenarkan posisi duduknya. "Dua duanya ada pada saat insiden malam itu."

Sabumi mengangguk. "Dua-duanya juga memantrai Potter. Bisa saja, salah satu diantara mereka ada yang benar memantrainya dan ada juga menangkalnya."

"Who's the bad guy?" [Name] menatap Sabumi aneh, anak lelaki itu meralat omongannya. "Maksudku, siapa yang berniat mencelakai Potter?"

"Listen, bukannya aku membela Profesor Snape. Aku rasa dia punya maksud lain dengan tidak benar-benar menghapus ingatan kita dengan mantra Obliviate."

"Aku dengar, lanjutkan."

"Kalau Profesor Snape adalah orang yang menginginkan apapun yang disembunyikan di lantai ketiga tersebut, sudah jelas menghapus ingatan kita adalah hal yang tepat," jelas [Name]. "Menghilangkan barang bukti di TKP."

"Tapi bagaimana jika Profesor Snape sengaja berpura-pura mengobliviate kita karena ingin melindungi kita?"

"From who?"

"From Professor Quirrell definetely."

"Hmmm, jadi bagaimana kita tahu apa yang diinginkan Profesor Quirrell? Di ruangan lantai tiga itu." Sabumi bertanya sendiri. "Entahlah, mari kita selidiki. Sepertinya menarik."

"Jangan," larang [Name]. "Aku rasa ini bukan lagi permainan detektif biasa buat anak kelas satu."

Dan lagi, tugasnya hanyala melindungi saudarinya.

"Well ... Sedikit sulit tidak masalah 'kan?" Rasa ingin tahu Sabumi jauh diatas kadar takutnya terhadap bahaya yang mungkin saja jauh lebih mengerikan dari rasa ingin tahunya.

"Ini berkaitan dengan ramalan Selena Sab, bukan permainan! Ini tentang hidupmu."

"Kalau begitu Profesor Snape tidak mungkin sengaja tak menghapus ingatan kita kalau tak ingin anak kelas satu menyelidiki semua ini!"






















































𝐑𝐄𝐕𝐄𝐀𝐋 || ∂. мαℓƒσуTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang