ੈ‧₊˚┊𝙱𝚄𝙲𝙺𝙱𝙴𝙰𝙺; 𝙳𝙴𝙼𝙴𝙽𝚃𝙾𝚁
─── · 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───
ⓐⓡⓡⓐⓝⓘⓔⓡ
ㅤ[🌾] Hii siapa kangen Reveal? Jujur kalo ada typo atau gimana, tlonk diberi tempe. Karena aku abis ngetik langsung aplot, revisi nanti-nanti cuy. Tengs.
ㅤㅤㅤㅤ
SAAT HARRY MENJAJAK tanah, setibanya ia turun dari punggung Buckbeak; Hippogrif milik Hagrid. Murid Gryffindor bersorak-sorai menyambut anak berkacamata itu. Draco dan antek-anteknya mendengus tak suka.
Setibanya Hagrid dengan bangga mempersilahkan anak selanjutnya yang ingin mencoba. Draco maju dengan gayanya yang angkuh, bersikap menantang dengan gayanya yang biasa.
Awalnya Draco mengikuti arahan dengan sesuai, namun ketika mendapati menjinakkan Buckbeak lebih mudah dari kelihatannya, seringaian angkuh itu menjulang. "Ini terlalu mudah."
Ia mengejek dengan keras agar seluruh perhatian teralihkan padanya; sengaja ingin memancing pemuda raven dengan tanda petir tersebut. "Bet you didn't scary at all, because Potter can do it, do you?"
Hippogrif secara alamiah adalah hewan yang teramat sensitif, egonya tinggi bagai hewan sihir yang memiliki tingkat intelektual bak bangsawan. Melihat Draco yang tak menghormati proses pendekatan, membuat hewa dengan tubuh separuh burng itu tersinggung.
Detik berikutnya, cakar Buckbeak mengenai tangan Draco. Darah mengucur cukup dalam berpicakan pada rumput.
"Ah! It's killed me!" Draco meraung setengah kaget melihat darah merembes pada sisi-sisi jubah, seisi kelas menatap Draco dengan pandangan bermacam-macam. Panik menguar di kalangan anak Slytherin.
"It's litteraly killed me! Looks! i was dying!" Mengaduh kesakitan seolah mencari empati yang justru membuat pihak Gryffindor tak yakin dengan apa yang dialami si pirang platina.
Hagrid dengan cepat mengangkut Draco dari sana. "Kau tidak mati!"
"Seseor— [Name] Cardwell bantu aku membawanya," ujar Hagrid cepat ketika maniknya bertemu dengan iris zamrud milik [Name].
[Name] menunjuk dirinya beberapa kali sembari celingak-celinguk, sedikit panik karena tidak mengerti. Namun akhirnya beralih menggamit tangan Draco yang bebas sembari menyusul hagrid keluar menuju kastil Hogwarts.
Ketika ketiganya pergi dari sana, Pansy mulai menangis sesenggukan dan berpikiran bahwa Hagrid harus dihukum karena telah menciderai seorang murid.
Adu mulutnya dengan Hermione tidak lepas dari pandangan Sabumi, ia melirik sekitar sebelum akhirnya menemukan tas milik [Name] yang tertinggal di rerumputan — berpindah tangan pada Harry.
"Oh? Bisa serahkan?" Tunjuk Sabumi dengan gerakan matanya pada apa yang sedang di genggam pemuda raven dengan kacamata bulat.
"Ya?"
"Itu milik [Name], aku bisa membawanya. Kamu tahu 'kan kami satu asrama dan aku temannya?" Sabumi menaikkan satu alisnya, cukup terganggu tentang Potter yang tak mengerti maksudnya.
"Yeah — maksudku ... Tak perlu repot aku —" Faktanya Harry sendiri sama sekali tak mau menyerahkan barang milik [Name], Harry berpikir tas ini bisa menjadi alasannya untuk berbicara dengan kembaran Selena Cardwell itu.
Tapi tangan Sabumi merebutnya dengan paksa, lalu ia tersenyum. Namun tidak dengan matanya. "Aku bilang 'kan, aku teman [Name]."
Ia mengecek beberapa barang yang berada pada tas itu kemudian sebelum mengedarkan pandangannya dengan cuek. "Hm, thanks."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐄𝐕𝐄𝐀𝐋 || ∂. мαℓƒσу
Fanfiction❝𝙒𝙃𝘼𝙏 𝘿𝙊 𝙔𝙊𝙐 𝙏𝙃𝙄𝙉𝙆 𝘼𝘽𝙊𝙐𝙏 𝘼𝙈𝙊𝙍𝙏𝙀𝙉𝙏𝙄𝘼 𝘿𝙍𝘼𝘾?❞ ❝𝙎𝙈𝙀𝙇𝙇𝙎 𝙇𝙄𝙆𝙀 ... [𝙉𝘼𝙈𝙀] 𝘾𝘼𝙍𝘿𝙒𝙀𝙇𝙇.❞ ─◌✰್↯ ▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃ 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇; 𝘏𝘪𝘥𝘶𝘱𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩. 𝘛𝘢𝘮𝘣...