empat belas

10 1 0
                                    

"Dulu, bahkan tak ada niat terlintas untuk menetap denganmu. Kini sebaliknya"

****

Seorang gadis tengah duduk disebuah balkon tempat tinggalnya. Dengan mulut yang masih menghisap rokok itu ia mengedarkan pandangannya ke depan dimana hanya ada laut yang menyambut.
"Tidak buruk." Ucap gadis itu lalu mulai menjentikkan abu di sebuah asbak kayu.

"Bagaimana? Kau mau tinggal denganku?" Tanya laki laki yang kini berdiri di sampingnya.

"Akan ku pertimbangkan" senyum gadis itu menyeruak dengan tanpa sadar laki laki di sampingnya malah mencium keningnya.

"Kau benar benar membuatku jatuh cinta sialan." Ucap laki laki itu. Dan hanya di tanggapi tawa riang dari sang gadis.

Sudah hampir dua minggu Alena kini tinggal bersama dengan Bas, seorang dari kalangan yang lumayan berpengaruh di area tempat tinggalnya saat ini.
Tak bisa di pungkiri bisnisnya yang menyewakan penginapan dan penyedia minum minuman membuatnya sangat di segani orang orang daerah sini.

"Apa tak ada barang yang akan kau antar hari ini?" Tanya Alena yang mulai merangkul Bas dari belakang.

"Mengapa kau sangat berubah sekarang? Bahkan kau sudah pandai menggodaku. Aku ingat jelas bagaimana dulu kau sangat galak hingga sampai mau memukul kepalaku dengan botol bir waktu itu." Ucap Bas mengingat bagaimana sulitnya berteman dengan Alena.

"Itukan dulu, sekarang kan tidak." Jelas Alena.
"Ku ikut ya kali ini, bosen di rumah mulu." Bujuk Alena yang hanya mendapat helaan napas dari Bas.
Alena sudah dapat menebak bahwa Bas tak ingin mengajaknya pergi.

"Baiklah, pergilah sana biar aku di rumah saja sudah sana pergi." Ucap Alena lalu berbalik meninggalkan Bas. Ini adalah salah satu jurus jitu yang biasa ia lakukan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan karena lelaki jika sudah jatuh cinta akan sulit menolak.

Dengan sangat terpaksa akhirnya Bas menyetujui keinginan Alena. "Baiklah, baiklah kau bisa ikut. Asal jangan buat onar mengerti!" Jelas Bas memperingatkan.

"Oke sayang" jawab Alena sembari mengedipkan matanya dengan tatapan genit kepada Bas.

Begitulah kehidupannya sekarang. Terkadang ia memikirkan Arga, namun kembali ia mengingat betapa busuknya semua orang yang ia jumpai.
Bahkan menurutnya manusia tulus hanya sebuah kata untuk menutupi topeng bejat masing masing.
Mengapa ia memilih Bas dari banyaknya laki laki yang ia jumpai. Karena hanya Bass yang menurutnya paling jujur di antara semua laki laki yang ia kenal bahkan ayahnya yang notabene adalah keluarga satu satunya tak pernah jujur dengannya.

Dering telfon dari ponsel Alena yang di taruh di meja ruang tamu berbunyi. Menampilkan nama yang tak pernah ingin ia angkat, dia hanya mengamati telfon itu, namun ia mencoba mengalihkan pandangannya agar ia tak terhipnotis untuk mengangkatnya.

"Mengapa tak di angkat?" Tanya Bas tiba tiba yang telah berdandan dengan setelah rapi dan terkadang membuat Alena lupa bahwa ia tak boleh jatuh cinta dengan siapapun saat ini.

"Dari bapak gw, mau angkat? Noh angkat gih." Ujar Alena menunjuk ponselnya dengan dagu.
Tanpa pikir panjang Bas mengambil ponsel itu membuat Alena kebingungan.

"Yaaaaa, itu ponselku hei!!" Teriak Alena saat Bas membawa lari ponselnya.

Setelah perdebatan panjang Alena dan Bass bersiap siap untuk perjalanan menemui klien mereka.
"Kenapa serba hitam begitu? Bukan mau melayat kan?" Tanya Bas saat melihat penampilan Alena yang memakai pakaian serba hitam tetapi tetap tidak meninggalkan kesan cantik padahal ia mengenakan pakaian yang senada.

"Kau tahu kan aku tak punya baju selain warna hitam." Ucap Alena mengadu pada laki laki yang sudah dua minggu menjadi teman serumahnya.

"Pulang nanti mari belanja?" Ajak bas dengan nada sedikit aneh.

"Waaah kau mengajakku berbelanja? Baiklah." Jawab Alena singkat lalu menggandeng tangan Bas menuju garasi.

"Dasar manja" balas Bas yang entah mengapa hatinya selalu menghangat oleh perlakuan Alena.

*****

Mobil yang mereka kendarai memasuki sebuah pelataran cafe. Cafe itu nampak tak asing untuk Alena, ia menoleh ke arah Bas.
"Siapa yang memesan barang?" Tanya Alena yang membuat Bas ragu untuk menjawab pertanyaan Alena.

"Baiklah ayo turun aku sudah tak peduli dengan siapa kita bertemu." Jawab Alena yang sedikit kesal dan memilih turun lebih dahulu.

Gadis itu memasuki sebuah Cafe dan mengedarkan pandangan ke semua penjuru.

Plaaak. .  .
"Mau ngilang sampai kapan?" Suara Liza yang terlihat sedang menahan diri untuk menghabisi Alena.

"Kau gila? Ini kepala woi main geplak aja." Teriak Alena.

"Udah udah kita duduk dulu." Ujar Bas menengahi Alena yang bersitegang dengan Liza.

Beberapa saat Bas dan Stef hanya saling pandang. Mereka bingung dengan dua orang di hadapannya yang masih sama sama keras kepala tak ada yang mau mengalah.

Alena yang masih marah karena kepalanya di pukul oleh Liza memilih membakar rokoknya dan di hisapnya.
"Mau lu apasih?" Akhirnya Alena membuka obrolan.

"Lu yang apa? Kenapa pakek putus sekolah sama pindah tempat segala? Lu tau gak Arga sama—"

"Gw lebih nyaman tinggal bareng Bas." Potong Alena cepat.

"Marko juga nyariin lu tau, sama guru gila itu." Tambah Liza kini memilih meminum jus yang ada di hadapannya.

"Gw gak peduli sama mereka. Dan gw udah nyaman tinggal sama Bas. Jadi stop bahas mereka. Sekarang lu juga bisa jumpa sama gw jadi gw harap lu gak kasih tau siapa siapa." Jelas Alena yang membuat Liza hanya pasrah dan setuju.

"Lagian masalah lu sama mereka apa sih? Semenjak gak ada lu teman teman sekelas lu jadi amukan si Fredy."

"Siapa Fredy?" Tanya Bas yang membuat Alena dan Liza menoleh.

"Oh pembimbing gw waktu sekolah kemarin. Gak penting juga kok." Balas Alena tapi masih membuat Bas penasaran dengan laki laki itu. Sedang laki laki yang berada di dekat Alena ia sudah sangat hafal betul.

"Tapi katanya kalian putus. Kok bisa berdua lagi?" Kini giliran Alena yang mengintrogasi Liza dam Stef.

"Stef cuma bantu aku aja." Raut wajah Liza terlihat sangat gugup.

"Balikan juga gak apa apa kali. Bas udah belom yuk balik." Ajak Alena yang di Angguki oleh Bas dan meninggalkan Liza dan Stef di sana.

"Liza"

Liza menoleh kearah Stef yang kini terlihat gelisah.
"Apaan?"

"Gw tau gw salah udah selingkuh waktu itu. Tapi asal lu tau gw sayang banget sama elu dan semenjak lu jauh dari gw. Gw ngerasa ada yang hilang di hidup gw." Jelas Stef pada Liza.

"Lu ngigo ya?" Tanya Liza.

"Apa tampang gw keliatan gak serius?"

"Jujur gw masih bingung dengan perasaan gw sekarang sama lu Stef. Gw pernah sayang banget sama elu sampai akhirnya lu hianatin gw begini. Lalu kau minta aku untuk percaya lagi? Gak mudah buat gw." Jawab Liza dengan suara pelan.

"Akan gw buktiin sama elu kalau emang lu satu satunya." Kini Stef menggenggam tangan Liza.

"Berjuanglah, tapi aku tak berjanji untuk kembali." Balas lisa melepaskan genggaman tangan Stef.

"Beri aku yakin, jika memang kau benar benar berubah." Batin Liza

ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang