Prolog.

995 74 1
                                    

Masa bodoh dengan keramaian wartawan di luar yang mengantri di depan gerbang, Top Model itu hanya peduli pada Pria Tinggi di sisi lain kota yang masih tak mau mengangkat Telponnya

Rasanya ingin memekik Frustasi saja ketika di panggilan kedua puluh lagi lagi tak ada Respon berarti dari Panggilan Telpon itu

Ini semua gara gara manajemennya yang menyebalkan, seenaknya menyuruh dia Berkencan dengan Top Model lain sampai membuat Kekasihnya salah paham berakibat enggan berbicara dengannya sejak pagi

"Ayolah angkat Teleponku, kau harusnya tahu ini bukan kenginianku." Lelaki manis itu menggeram Frustasi, menghempaskan tubuhnya pasrah keatas kasur

Ingin menangis tapi malu pada diri sendiri, tak tahu mengapa bisa sampai begitu kecanduan pada Kekasihnya

Padahal Pria berstatus Pacarnya hanya Seorang pengangguran. Sungguh, dilihat dari sisi manapun tak ada yang spesial dari Pria itu

Tetapi kala bersamanya dia merasakan sensai aneh menggelitik perut, sama sekali tidak mengerti mengapa wajah itu selalu Bersliweran di otaknya

"Yoshi, angkat kumohon." Lelaki manis itu berbisik putus asa, menutup telinga ketika gedoran Wartawan diluar semakin keras dan semakin banyak. Bahkan sudah lebih dari lima Security dia tempatkan di gerbang utama

"Kamu harus segera pergi dari sini, Security hampir mundur karena wartawan terlalu banyak." Ibunya muncul tiba tiba, mengambilkan Topi, masker dan pakaian panjang

Top Model itu menatap Ibunya memelas, benar benar ingin menangis Karena pacarnya sama sekali tak ada kabar "Nanti kita cari Yoshi ya? Yang terpenting sekarang kamu harus pergiu dari sini, pergilah ke Rumah Utara."

Walau enggan, lelaki itu mengangguk memakai apa yang telah di siapkan oleh Ibunya, lalu buru buru berlari ke pintu belakang

Mobil hitam mengkilap menunggu disana, jalan rahasia yang terhubung langsung dengan jalan raya meskipun harus melewati sedikit jalan sempit

"Hyunsuk sayang, hati hati jangan sampai tertangkap wartawan." Dia mengangguk, Tersenyum lembut, mengecup pipi Ibunya lantas masuk ke Mobil

Supir pribadinya sudah siap di dalam mobil, hanya diam bahkan tak mau menoleh padanya

"Pak kita berangkat ke Rumah Utara ya?"

Pria di depannya menyesap rokok lalu melemparkan keluar mobil, terkekeh kecil "Aku punya tempat yang lebih bagus."

Mata Hyunsuk membulat, suara itu. Dia sangat hapal suara itu "Kamu...?"

Pria di depannya menoleh, membuka Topi lalu melemparkan senyum tipis "Apa kabar?"

"Yoshi!"

Dan tangisnya tak bisa lagi terbendung.






















Prolog ini berisi penggalan Chapter yang akan aka disini.

Dangerous.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang