[spirit / ruh]
Pada hari itu, hutan hening seperti biasa. Di hari itu pula, dia berkeliling. Seperti penghuni hutan lain, dia memulai harinya dengan menghirup udara segar, kemudian mencuci wajah di genangan air yang terkumpul berkat embun. Setelahnya, dia akan melangkah keluar dari pohon tempatnya bernaung dan mengamati tanah dia dilahirkan.
“Selamat pagi!” sapa salah seorang tetangga. Dia memiliki tubuh mungil dengan telinga runcing serta sepasang sayap tipis menghias badan guna memudahkan tugas sebagai penjaga hutan.
Dia pun membalas sapaan kenalannya dengan senyuman. Dalam wujud hari ini, dia menyerupai tetangganya itu. Sehari sebelumnya, menyamar sebagai tupai. Karena dia tidak memiliki wujud asli melainkan menyerupai makhluk hutan.
“Kamu menjadi peri hari ini?” tanya tetangganya lagi.
Dia mengiakan, kemudian pamit kepada tetangganya. Hari ini, dia akan memulai aktivitas yang sama seperti hari sebelumnya.
Sambil mengepakkan sayapnya yang tipis, dia itu terbang melintasi pepohonan subur layaknya pagar penjaga. Sesekali mengamati sesama penghuni pohon yang masih terlelap dalam dahan berselimut dedaunan. Sebagai salah satu peri penghuni hutan, dia tahu betul apa tugasnya hari ini.
Sebagai ruh penjaga hutan, dia tidak bisa berjaga tanpa raga. Pada malamnya, dia bisa leluasa berkeliling tapi ketika mentari menampakkan wajahnya, ruh tidak bisa berbuat banyak. Maka, dengan menjelma sebagai makhluk lain bisa membantu.
Seperti yang terjadi di percakapan sebelumnya, dia kini mengambil wujud salah satu pekerja keras yang senantiasa menjaga hutan, sekaligus sebagai pilar penyangga agar hutan tetap berjalan dengan stabil. Maka, ruh ini tertarik dan mencoba wujud sebagai bagian dari mereka hari ini. Entah wujud apa yang akan dia pakai esok harinya.
Terus menyusuri, di antara pepohonan yang berdiri kukuh, dia menemukan seekor tupai yang tengah sibuk mengumpulkan biji-bijian di mulut mereka. Namun, masih banyak barang bawaannya sementara pohon yang dipanjang jauh lebih tinggi.
Tupai itu pasti kesulitan, itulah yang ruh ini pikirkan. Maka, dia dekati tupai itu dan terus mengamati dalam diam selama beberapa saat.
Tidak lama, salah satu biji yang dibawa si tupai terjatuh ke tanah, padahal jaraknya begitu jauh. Mau tidak mau, si tupai harus turun dan memanjat jauh lagi agar bisa mengambil makananya atau dia tidak akan makan hari ini.
Ruh memang tidak sepenuhnya punya empati, tapi mereka dikaruniai akal untuk meresap apa yang dilihat dan memikirkan solusi untuk penghuni hutan.
Tanpa berpikir panjang, ruh itu mengerakkan jemari mengikuti irama hati. Saat itulah biji-bijian yang tadinya tergeletak di tanah mulai terbang perlahan dengan sendirinya, mengikuti arah si tupai menuju sarang. Akhirnya, si tupai tidak perlu lagi turun dan memanjat untuk mengumpulkan semua makanan.
Si tupai tersenyum cerah melihat bantuan yang datang untuknya. Dia tatap ruh dalam wujud peri itu. “Terima kasih!”
Ruh itu hanya membalas dengan senyuman.
Sebelum masuk, tupai itu melambai ke arah sosok yang membantunya tadi dan kemudian pergi dari pandangan. Kini dia bisa menghabiskan waktu bersama makanannya hari ini tanpa kesulitan.
Itulah salah satu tugasnya, berjaga dan memastikan keadaan hutan tetap aman sambil sesekali membantu yang membutuhkan. Maka, pada hari ini, sang ruh merasa puas dengan bantuan kecilnya dan kembali menjalankan tugas dengan menyusuri hutan.
Sambil tersenyum puas, ruh itu melayang lagi menyusuri hutan, memastikan tidak ada yang kesulitan hari ini dan seterusnya.
Tamat
Halo, balik lagi sama Kiprang! Akhirnya setelah sedikit menghilang selama beberapa hari, diriku sempat menulis cerita pendek ini, sekaligus untuk event cerita pendek yang sama dengan judul "Maiden of The Sea" kemarin.
Gimana menurut kalian? Yah, aku nulis mengikuti prompt tadi dan gitulah hasilnya, mayan.
Berikutnya aku bakal coba bikin cerpen tema lain, deh.
Oh ya, cerita ini juga diterbitkan dalam bentuk antologi "Gramary" yang diterbitkan oleh "Cerita Penulisku" itu isinya antologi fantasy semua, lho
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantalaqa [Antologi Cerita Fantasi] [✓]
Short StoryPernah berpikir bagaimana kisah siluman yang hidup di pegunungan terpencil? Atau kisah para mermaid bersama keluarganya menyelami lautan? Maupun kisah yang diambil dari sudut pandang seekor kucing? Semua kisah yang ada di antologi ini menceritakan t...