Pahlawan

102 9 0
                                    

[hero, demon]

Seorang gadis kecil menjerit ketika rambutnya yang jingga dijambak oleh seorang pria yang diduga mendagangkan buah. Di tengah suasana pasar yang ramai, gadis malang itu tampak sengaja dipermalukan. Terdapat banyak tumpukan buah yang keluar dari tas yang gadis itu bawa, tanda banyaknya buah yang dia curi. Tidak heran menyulut amarah pedagang itu

“Lihat! Ini pencurinya!” Si penjambak menarik kepala gadis itu dengan kasar. “Dia pantas untuk dihukum!”

Aku yang waktu itu berusia dua belas tahun tidak sanggup menyaksikan anak seusiaku diperlakukan begitu. Namun, di sisi lain aku memang tidak bisa membenarkan tindakannya. Belum pernah kulihat gadis ini di kota tempatku berasal, barangkali dia pendatang yang kelaparan.

“Apa yang sebaiknya kulakukan?” ucap si pedagang dengan nada mengejek. “Akan kupukuli saja!”

“Tunggu!” seruku. “Biar aku yang ganti rugi, asal bebaskan dia!”

Pedagang itu menatapku. “Kamu mau membayar sebanyak ini?” Dia tunjuk tumpukan buah yang berjatuhan.

Entah kenapa aku dengan penuh percaya diri berucap. “Ya, akan kubayar semua kerugian ini. Dengan syarat, bebaskan gadis itu!”

***

Kejadian empat tahun silam kembali membuatku sedikit malu meski di sisi lain bangga telah menyelamatkan seseorang. Namun, hingga kini aku belum juga menemui gadis itu lantaran dia langsung pergi begitu dibebaskan. Menduga dia sebagai pendatang membuatku berprasangka bahwa bisa jadi dia sekarang telah kembali ke kampung halamannya. Andai kami dapat berjumpa kembali suatu saat nanti.

Kini, aku berada di pasar dan hendak membeli makan malam. Hingga jeritan memecah suasana pasar yang meriah. Bersamaan dengan itu, beberapa barang yang akan dijual di pasar berjatuhan akibat sesuatu yang mengejar. Berlarian para warga berusaha menyelamatkan diri. Sebagian bahkan berani saling mendorong dan menjatuhkan agar selamat.

Seekor iblis telah memangsa seseorang, tapi masih menginginkan mangsa baru. Di antara yang terjatuh dan terinjak kerumunan menjadi santapan.

Di antara yang berlarian, aku berjuang menyeimbangkan kaki agar tidak mudah terjatuh apalagi terinjak. Namun, tubuhku terdorong oleh sosok di belakang hingga jatuh.

Bruk! Aku jatuh di antara kerumunan yang berlari. Mereka hanya terus berlari, tidak peduli dengan apa pun selain keselamatan diri.

Tepat ketika aku membuka mata. Wajahku berhadapan langsung dengan sosok iblis yang kelaparan.

Aku menutup mata, tidak sanggup jika harus menyaksikan iblis itu menyantapku.

Kudengar suara sesuatu yang terpotong. Bertepatan dengan benda jatuh di depan. Perlahan ketika mata terbuka, dapat kulihat sosok wanita berdiri di depanku, di tangannya terdapat sebilah pedang yang berdarah serta kepala iblis yang terpenggal di tanah.

Dialah Dima, yang melindungi kota ini dari para iblis. Selain gerakannya yang tangkas, juga penglihatannya yang tajam membuat dia selalu menjadi pengawas terbaik. Meski kali ini dia datang terlambat karena sudah memakan korban.

Ketika iblis tadi tumbang, kerumunan perlahan menghentikan langkah untuk menyaksikan tubuh iblis yang telah terpenggal itu.

“Terima kasih!” Ucapan yang menggema dan selalu terdengar setelah kedatangannya. Hampir semua orang di area terdekat berseru bahkan menganggungkan Dima. Meski begitu, tidak pernah kulihat dia menanggapi. Barangkali karena itu hanya sekadar ucapan, bukan sambutan lain seperti upah atau hadiah.

Fantalaqa [Antologi Cerita Fantasi] [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang