Sayang Semuanya

57 7 0
                                    

[mermaid, family]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[mermaid, family]

Aku sayang semuanya.

Tiada dari mereka yang tidak kucinta.

Mereka pergi, aku tidak rela.

Karena mereka keluarga.

Keluarga akan selalu bersama.

***

Dalam laut, kami hidup damai.

Dalam buaian ombak, kami bermain.

Setiap hari, dilalui bersama. Membiarkan ombak membawa ekor kami selagi lautan jernih menampilkan beragam makhluk dan tumbuhan. Beberapa menyapa, beberapa pula sekadar melewati.

Aku mengintip ke luar dari air, disambut dunia atas dengan embusan angin. Pemandangan biru cerah disertai cahaya hangat menyambut. Di saat itu juga aku perlahan merasa kedinginan dan kembali ke air demi menghangatkan diri.

"Cordelia!" Seruan Kakak menyambut ketika aku kembali ke dalam. "Ayo, pulang! Nanti ditangkap bajak laut!"

Aku mengibaskan ekor menuju Kakak. Tentu saja tidak mau ditangkap bajak laut yang telah lama memburu para putri duyung seperti kami.

Kakak mengenggam tangan dan kami berenang kembali ke dasar air. Dia mrmang bertugas menjagaku dan Adik saat bermain. Tapi, sepertinya Adik sudah pulang dan tinggal aku yang tersisa.

Kami hidup di bagian gelapnya laut. Ketika makhluk atas tidak mampu menjangkau kami. Karena mereka yang selalu memburu, aku tidak tahu mengapa.

Rumah kami hanya berupa lubang yang menjorok ke bawah, lebih tepatnya berupa lorong panjang yang menyatu dengan lorong lainnya menuju satu tempat di bagian terdalam yang belum pernah kujangkau.

Semakin dekat, kulihat ekor kuning melesat ke arah kami. Ketika ekorku tercekat akibat kaget, saat itu juga kudengar seruan.

"Kakak!" Adik berenang mendekat dan menyambut kami berdua.

Aku memeluk Adik dan mencubit pelan pipinya yang tembam. "Makin gemuk saja."

"Iya dong, Adik 'kan, sehat," balasnya dengan senyuman cerah.

"Makan terus, sih, sama kayak kamu." Kakak justru mengacak rambut pirangku.

Aku mengangkat pelan tangannya dari kepala. "Ih, mana ada."

"Sudah," tegur Kakak. "Ayo, masuk. Nanti telat."

Kami pun berenang masuk ke rumah. Bergandengan selagi sesekali mengayunkan tangan untuk bermain sejenak.

Ketika memasuki rumah, Ibu menyambut kami dengan hidangan malam ini. Dia tersenyum dan menyuruhku duduk di antara mereka.

Sementara Ayah sudah duduk dan tampak menunggu kami sebelum menyantap hidangannya. Begitu kami duduk, dia menyambut kami semua.

Fantalaqa [Antologi Cerita Fantasi] [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang