[undead, drama]
Setiap yang diciptakan, pasti ada tujuan.
Namun, mengapa aku ada?
Semua makhluk yang berjalan di atas bumi memiliki tugasnya masing-masing.
Lantas bagaimana denganku?
Mereka menjalani hidup sesuai dengan garis takdir yang ditentukan.
Namun, apa garis takdirku?
Tercipta dari makhluk ciptaan, aku tidak dapat menerka. Jika aku ada hanya sekadar untuk mengisi dunia, maka tiada gunanya aku di sini. Penciptaku hanya bisa membuatku ada, tapi tidak mampu memberi tujuan untukku ada.
Pada malam itu, aku diciptakan. Kali pertama aku melihat dunia dan penciptaku. Dia memberiku raga dari gumpalan daging dan tulang, setelahnya dia jejal dengan tumpukan organ dan menyatukannya dalam rangkaian benang jahitan. Dapat kulihat wajah penciptaku dipenuhi gairah, tanpa lelah menyatukan satu demi satu bagian tubuh itu.
Aku berada di ruang yang remang, sehingga sulit menerka waktu. Aroma harum yang berasal dari kobaran api kecil di pojokkan membuatku merasa aman. Sementara dia merakitku dari sisi kiri dan kanan, perlahan tapi pasti, dengan dua tangannya menyatukan ragaku menjadi satu.
Bagian tubuh pertama yang dia ciptakan adalah kepala, tempatku bisa melihat dan mendengar. Ketika dia memasang telinga di kedua sisi wajahku, aku bisa mendengar. Dia lanjutkan menyatukan bagian tubuh lain. Sepanjang mengerjakannya, kulihat dia sesekali tertawa menatapku, sesekali pula menangis ketika tangannya tidak sengaja tergores jarum. Namun, itu tidak membuatnya berhenti. Terus menerus hingga akhirnya dia berhenti dan menarik napas.
"Nah, sedikit lagi." Kudengar ucapan penciptaku untuk kali pertama. Sebelumnya hanya kikikan dan tangisan sejenak.
Dia mengambil sebuah gumpalan daging yang tampak lebih pucat dan meletakkannya dalam kepalaku. Dia tutup bagian atas kepalaku dengan tempurung. Ukuran benda itu sama persis dengan kepalaku. Lalu dia satukan dalam satu jahitan.
Sesekali dalam proses menjahit, kudengar dia bicara sambil menatapku seakan tahu jika aku dapat memahami bahasanya.
"Kamu ciptaanku, dan kamu mahakarya terbaik yang bisa manusia ciptakan. Oh, mana mungkin orang lain bisa? Aku pasti diberkati!" Dia kemudian terkikik.
Dari bentuknya, penciptaku sepertinya jauh lebih kecil dan pendek. Rambutnya cokelat dan panjang terurai, dia sepertinya tidak keberatan jika rambut itu sesekali menghalangi pandangannya.
"Nah, sudah jadi!" Penciptaku berdiri sambil berkacak pinggang, dia bernapas dengan berat. "Perjuanganku! Akhirnya terbayar sudah!"
Hening sesaat. Asap yang berasal dari kobaran api kecil itu perlahan memamerkan diri. Seakan membiarkan aroma harum itu tampil untuk kami sesaat.
Sungguh wangi, hanya bau itu yang tercium dalam ruangan ini.
"Ah, kamu suka bau itu?" Penciptaku bicara lagi, seakan membaca pikiranku. "Ini untuk menutupi bau busuk, sekaligus memicu api agar tidak pernah padam kecuali jika tersentuh air."
Dia mengambil sebuah lilin dan menyodorkannya pada kobaran api harum itu. Dia dekatkan padaku. "Ini aroma dari dupa ciptaanku. Begitu menyengat hingga kamu tidak dapat mencium bau busuk sama sekali."
Tidak heran aku tidak dapat mencium aroma tanah atau aroma badanku sendiri selama di sini. Untuk apa dia melakukannya? Barangkali karena aku terbuat dari gumpalan daging yang bau.
Aku berdehem tanda mendengar.
"Kamu mengerti?" Matanya melotot dihiasi senyuman di wajahnya.
Aku tidak tahu harus balas apa selain dengan menutup mataku dan membukanya secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantalaqa [Antologi Cerita Fantasi] [✓]
KurzgeschichtenPernah berpikir bagaimana kisah siluman yang hidup di pegunungan terpencil? Atau kisah para mermaid bersama keluarganya menyelami lautan? Maupun kisah yang diambil dari sudut pandang seekor kucing? Semua kisah yang ada di antologi ini menceritakan t...