Lonte Bulan

121 11 6
                                    

TRIGER WARNING!

Ini adalah parodi alias anekdot sehingga tidak perlu dianggap serius sampai baperan!

Kali ini aku nyoba ikut event yang diselenggarakan oleh Grup Chat di WhatsApp dengan tema ...

"Fixing a Mary Sue : Perfect Story to Slap Some Undercook Character"


Berikut syarat dan ketentuannya :

- Tema dan genre bebas.

- Karya bisa berupa seni rupa atau sastra.

- Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan gaul, campur pun tidak masalah. Kita bingungkan Google Translate.

- Nama depan tokoh utama adalah "Astra" karena itu berasal dari kata "astral."

- Rambut warna ungu apalah itu, boleh juga putih.

- Kekuatan si Astra tadi berlandaskan dengan bulan dan air. Jangan salah satu, atau aku geprek kalyan.

- Sisanya bebas terserah kalyan.

Kali ini, aku membawakan cerita pendek parodi berjudul "Lonte Bulan" karena menyesuaikan karakternya.

Selamat membaca!

Malam terang menemani kesunyianku. Ini sangat syahdu. Aku tengah berbaring dengan cantik di kasur dengan permadani beledu marun dilengkapi dengan parfum khas Kerajaan Sentosa.

Aku memalingkan tubuh indahku menghadap jendela yang terbuka lebar agar semua makhluk di semesta bisa menyaksikan keindahanku.

Huhuhu ...

Huhuhu ...

Aku terbangun karena mendengar suara merdu dari balik jendela.

Aku kira, itu pertanda musim kawin. Ternyata, itu suara panggilan turun menurun yang terus didoktrin kepada anak-anak.

Ibuku pernah bercerita tentang legenda, tapi aku abaikan karena aku spesial.

Namaku Astra, tapi aku bukan makhluk astral. Bukan pula anak pajangan yang tinggal di rumah manusia seperti anak-anak lain.

Seperti makhluk lain–agak kontradiktif memang–diriku ini menjalani hidup dengan biasa saja. Tidak dibenci, tidak pula disayang. Makan, tidur, ke luar rumah untuk ngelon–berjalan-jalan, sampai akhirnya kembali tidur baru kemudian bangun dan makan lagi.

Huhuhu ...

Suara itu kembali terdengar. Begitu lembut layaknya rocker. Aku yang penasaran pun lantas menengok ke luar jendela. Maunya sih, menebas tengkuknya pakai sendal sultan impor langsung dari Saturnus. Tapi, lagi-lagi, mana ada orang gila bernyanyi di tengah malam begini.

Kukira, itu perbuatan salah satu musangku, tetapi semua peliharaanku berjenis kelamin lelaki dan tidak satu pun bersuara di saat santuy begini.


Huhuhu–

Suara itu berhenti tepat ketika aku menengok. Begitu menunduk, oh sunguh mengejutkan!

Tanah istana kini dipenuhi kopi gemoi!

Aku lantas berlari memanggil dayang-dayangku. Mereka biasanya menghibah dari pagi hingga jam penyihir alias jam tiga dini. Dari merekalah aku tahu ternyata aku bukan anak haram tukang sayur seperti yang selir katakan.

Fantalaqa [Antologi Cerita Fantasi] [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang