💕Part 6💕

3.9K 227 3
                                    

Selamat sore...
Kinan Bayu tayang...happy reading n enjoy it...

“Selamat ulang tahun, Kinan,”  ucapan selamat  mengalir dari mulut Bang Alif, di belakangnya ada Nanda, anak Buk Mia membawa kue tart. “Doa terbaik untukmu.”

Aku yang sedang membuat adonan kulit risoles menoleh, bunda menyuruhku membuat risoles untuk dibawa ke rumah temannya.Tidak menyangka sahabat-sahabat kecilku masih ingat tanggal ulang tahunku. Sebenarnya bukan mereka yang aku harapkan memberikan ucapan selamat tetapi orang yang nun jauh disana yang selama bebarapa hari ini hanya mengirimiku pesan. Aku jadi berpikir apakah pernyataan cintanya semu atau terbawa suasana saja sementara ia jauh dari Mbak Sheila.

“Eh, kok malah melamun. Ayo ke taman belakang.” Nanda menarik tanganku dan membawaku ke taman belakang. Sementara kue tart sudah beralih tangan dibawa Bang Alif.

Di taman belakang terlihat seperti ada pesta kecil-kecilan. Apakah pesta ini untukku. Ibu, orang tua Bang Alif, Buk Mia, ibunya Nanda dan beberapa asisten lain juga satpam.

“Ayo tiup lilinnya,” titah Nanda yang melihatku diam seperti orang bingung.

“Eh, iy--ya,” ujarku terbata. Aku meniup lilin sebelumnya make a wish. Aku hanya ingin bahagia. Itu saja, sederhana kan.

Cekrek ... cekrek ... Bang Alif mengambil gambarku.

“Potong kuenya,” Nanda menyerahkan pisau kepadaku.

Aku potong kuenya, potongan pertama kuserahkan kepada ibu, sambil minta doa kepadanya.”Semoga anakku cah ayu selalu dalam lindungan Alloh SWT dan selalu bahagia,” tidak terasa air mataku mengalir. “Terima kasih, Bu,” kataku sambil mencium tangan ibu berulang kali.

“Ini ada acara apa sih kok kayak ada pesta,” setelah membagikan semua kue, aku dan Nanda duduk di kursi taman.

“Kasih tahu enggak ya?” goda Nanda.
“Jangan begitu, Dik. Kasihan Kinan,” tegur Bang Alif kepada Nanda.”Kasih tahu saja.”

“Dik? Bang Alif panggil begitu sama kamu?” keningku berkernyit memikirkan sesuatu. Timbul tanda tanya ada apa dengan mereka.
“Aku dan Bang Alif mau menikah. Kan aku sudah wisuda,” jelas Nanda dengan mata berbinar. Bang Alif mengangguk, mendukung ucapan Nanda.

“Sejak kapan kalian jadi ….”

“Nan, Kinan … Mas Bayu telpon. Dari suaranya sepertinya orang marah,” panggil Buk Mia dengan tergopoh-gopoh memasuki taman belakang.

“Mengapa marah, Buk?” heranku sambil berdiri.

“Ibuk juga tidak tahu. Mungkin Mas Bayu telpon kamu tetapi tidak diangkat-angkat.”

Ya Alloh dari tadi pagi aku asyik di dapur sampai melupakan handphone. Gegas aku menuju kamar. Sampai disana ada  puluhan missed call dari Mas Bayu juga beberapa pesan.

Kinan angkat!

Kinan kamu dimana!

Kinan cepat angkat!

Ki ...

Ki …

Segera kupencet nomer Mas Bayu. Sekali, dua kali hingga sepuluh kali tidak ada jawaban. Kamu kemana sih Mas, minta ditelpon tetapi enggak diangkat. Aku pusing memikirkannya.

***

Hemmmm …

Sebuah deheman keras terdengar dari mulut seseorang. Aku terlonjak dari tempatku berdiri. Untung kopi buat ayah tidak tumpah. Kudapati Mas Bayu dengan sorot mata tajam dan dingin sedang menatapku.

Aku (bukan) Istri Kedua (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang