Hari kian malam tanpa adanya tanda-tanda untuk Nanda menjemput Gemintang di kediaman Yoga dan Kanna. Mungkin laki-laki itu memiliki urusan yang membuatnya tertahan lebih lama lagi. Yang jelas Nanda sepertinya belum sempat untuk mengabari Yoga atau pun Kanna.
Hingga Kanna memiliki inisiatif membawa Gemintang untuk makan malam di luar, setelah selesai membersihkan tubuhnya, juga gadis kecil menggemaskan itu.
Sementara itu, Awan terlihat semakin larut di dalam obrolannya bersama dengan Yoga.
Kedua laki-laki itu memang memiliki ketertarikan khusus di bidang masak memasak maka terlihat tidak pernah kehabisan bahan obrolan, walau pekerjaan mereka sangat jauh berbeda. Menu sarapan tadi pagi saja bisa mereka perbincangkan entah sampai mana.
Awan yang memiliki kepribadian sangat bebas dan sulit patuh, tidak mudah diatur dan tidak teratur namun sangat supel itu memilih pekerjaan yang berhubungan dengan banyak orang-orang baru.
Sedangkan Yoga, yang merupakan kakak kandung satu-satunya milik Kanna itu berkepribadian sangat teliti dan rapi, juga menginginkan segalanya sempurna dan istimewa.
"Nanda belum kasih kabar, Na?" Yoga menolehkan kepalanya pada Kanna yang sudah kembali hadir di tengah-tengah dirinya dan Awan, bersama dengan Gemintang yang terlihat sudah sangat siap untuk berangkat tidur karena telah mengenakan pjama-nya yang bergambar karakter pisang lucu. Terlihat segar, menggemaskan, dan beraroma bayi. Untung saja Nanda selalu meninggalkan peralatan dan beberapa pasang pakaian ganti milik Gemintang di rumah mereka ini, untuk keadaan mendesak seperti sekarang.
"Belum. Tapi tadi aku coba hubungi Mas Jaya, barusan aja. Ternyata katanya masih jadi perwakilan keluarga untuk terima beberapa tamu penting yang baru bisa datang setelah maghrib," jawab Kanna sambil menyisir lembut helai demi helai rambut milik Gemintang yang halus menggunakan jari-jemarinya. "Di rumah enggak ada makan malam, kita makan di luar aja kali, ya?"
Awan tidak menyahut apa-apa, kedua matanya belum berhenti memandangi wajah serius milik Gemintang yang terlihat sibuk menyentuh-nyentuh gantungan kunci motor miliknya yang berbentuk karakter kartun favoritnya sejak kecil.
"Winnie the Pooh," gumam gadis kecil itu tiada ke siapa pun.
Awan menyunggingkan senyumannya yang hangat. Sebelah tangannya terangkat demi menyelipkan anak rambut Gemintang ke belakang telinga, "Gemintang tau Winnie the Pooh?"
Kepala kecilnya menggangguk senang, "aku punya gulingnya," ujar Gemintang, "kata Ayah, itu gulingku dari aku masih bayi... Iya kan, Tante?"
Kanna tersenyum menanggapi pertanyaan Gemintang barusan. Namun alih-alih menjawab pertanyaan tersebut, Kanna malah bertanya perihal yang lain, "Gemintang mau makan di angkringan?"
"Angkringan...?" Gemintang balik bertanya kepada Kanna.
"Inget, enggak, Ayah pernah ngajak Gemintang minum susu putih jahe, dan makan telur puyuh dibakar?" kali ini Yoga yang bertanya.
Gemintang menganggukkan kepalanya dengan sangat bersemangat, namun air wajahnya berubah tidak suka sedetik kemudian, "tapi aku enggak mau minum susu putihnya, Om Yoga, enggak sukaaa..."
Jawaban Gemintang mengundang tawa tiga orang paling tua disekitarnya.
Giliran Awan yang kini angkat bicara, "kalau gitu nanti Om Awan beliin Gemintang susu UHT aja, mau?"
"Mau, Om Awan..."
"Rasa apa?" tanya Awan lagi.
"Coklat atau strawberry," jawab Gemintang dengan suara yang sangat jelas.
"Oke!"
📖📖📖
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smell of Rain - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
Fanfiction❗ AGE SWITCH ❗ Gemintang hanya memiliki seorang Ayah selama hidupnya. Ayah yang baik, lembut, dan penyayang. Ayah yang dapat diandalkan bahkan ketika dirinya tiba-tiba teringat ada tugas sekolah yang terlupa dan harus segera ia kerjakan. Ayah yang t...