Pagi kesekian, ketika Awan memutuskan untuk menjauhkan dirinya sedikit dengan keberadaan Nanda. Walau rindunya terkadang membuatnya hampir saja menyerah, entah mengapa ketika malam itu Awan merasa bahwa Nanda tidak terlalu membutuhkan dirinya selama ini, selain untuk meng-handle Gemintang.
Gemintang...
Si gadis kecil yang membuat seluruh hidupnya tertambat sedemikian rupa di dalam kehangatan sebuah keluarga yang ke-dua tangan mungilnya berikan dengan sangat utuh dan tanpa pamrih.
Walau baru saja ia berpikir jelek tentang sikap Ayah si kecil nan cantik itu, tetap saja perasaan mendamba dan dibutuhkan oleh seseorang hampir membuatnya menyerah lalu kembali mengetuk pintu rumah laki-laki yang hingga kini tidak ada kelihatan hendak mengiriminya satu huruf pun di dalam laman pesan mereka.
Awan lagi-lagi menghembuskan nafasnya yang berat dengan resah. Kepalanya kemudian menoleh, ke arah seorang teman yang sedikit banyak menjadi penyebab kisruhnya hubungannya bersama Nanda— padahal yang bersangkutan saja belum saling mengenal satu sama lain— terlihat sangat santai menghisap ujung rokok elektriknya.
"Emang enak apa ngerokok begitu?"
Dikta mengangkat kepalanya yang dari tadi menunduk demi berbalas pesan singkat dengan seseorang di seberang sana. Wajahnya tampak sangat senang dan bahagia. Mungkin dengan sahabat atau keluarga dekat. Atau bisa saja dengan kekasihnya. Awan tidak begitu mau peduli.
"Enak. Kalau lo ciuman enggak bau rokok, Mas. Malah manis. Ugh!"
Awan memutar bola matanya sebal. Jawaban Dikta dianggapnya too much information, dan sangat di luar konteks, namun tak pelak membuatnya teringat dengan Nanda, tiba-tiba saja.
Ralat. Bukan tiba-tiba saja.
Memangnya bibir milik siapa lagi yang belakangan ini sempat disesapnya selain bibir milik Nanda?
Sebegitu ia pernah memiliki hubungan dengan beberapa wanita atau pun pria, Nanda merupakan yang pertama kali baginya untuk berhubungan intim sejauh itu. Apalagi semenjak ia mengetahui bahwa Nanda tidak pernah memiliki hubungan dengan sembarangan orang, membuat gerakannya kian berani.
Awan menangkupkan wajahnya yang tiba-tiba terasa panas dengan kedua belah tangannya, mengamini tindakannya sendiri.Awan dan Dikta sedang duduk pada sebuah ruang tunggu outdoor yang berada di sebelah utara bangunan perusahaan. Keduanya tengah mengikuti Medical Check Up yang memang selalu dijadwalkan 6 bulan sekali oleh perusahaan.
Kanna, Kiki, dan Ernest sudah duluan dipanggil oleh para Dokter yang bertugas, semenjak dirinya dan Dikta sedikit terlambat hadir di sana, karena harus mengikuti meeting sebentar tadi.
"Wan?"
"Oit!"
Kali ini Kanna yang mendistraksi perhatian Awan. Gadis manis yang hari ini mengenakan kemeja berwarna putih tulang, dipadu vest berbahan wool berwarna abu-abu, jeans, dan sepasang flat shoes terlihat hendak mendekatinya.
"Mau baikan sama Nanda, enggak?"
📖📖📖
Awan kembali memarkirkan mobil Jeep tuanya tepat di hadapan sebuah gerbang sekolah yang besar dan tinggi.
Kali ini, Awan kembali harus mengalah.
Demi perasaan rindunya kepada Gemintang.
Juga Nanda.
"Jemput Gemintang?"
Awan kembali memutar ingatannya pada tadi siang setelah sesi MCU yang harus mereka penuhi sebagai karyawan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smell of Rain - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
Fanfiction❗ AGE SWITCH ❗ Gemintang hanya memiliki seorang Ayah selama hidupnya. Ayah yang baik, lembut, dan penyayang. Ayah yang dapat diandalkan bahkan ketika dirinya tiba-tiba teringat ada tugas sekolah yang terlupa dan harus segera ia kerjakan. Ayah yang t...