Last Kiss - Taylor Swift
Nanda sungguh-sungguh menahan dirinya untuk tidak menghubungi Awan terlebih dahulu.
Kali ini, bukan karena ia tidak ingin Awan tahu tentang perasaannya yang butuh akan kehadiran laki-laki itu. Karena selain memang tiba-tiba saja ide tulisannya begitu lancar— mungkin ini akibat dari perasaannya yang berangsur membaik— namun juga karena apa yang telah dijanjikan oleh Ayah-nya perihal Gemintang dan Ibu-nya juga sudah menemukan titik cerah.
Segalanya akan seperti yang ia inginkan, bukan?
Kalau boleh jujur, Nanda sudah tidak sabar untuk menunggu kehadiran Awan kali ini.
Ada banyak cerita yang harus ia ceritakan.
Ada banyak masa lalu yang akan ia bagi.
Ada banyak pertanyaan tentang hidup Awan yang ingin ia dengar.
Ada banyak keinginan kalau boleh ia pinta.
Ada banyak maaf yang ingin ia utarakan.
Dan juga ada banyak terima kasih karena sudah berkenan menunggu dirinya yang begitu banyak kelemahan. Akan masa lalu, juga masa depan. Akan ketakutannya ditinggalkan, padahal Awan sudah mati-matian meyakinkan.
Dan kali ini... Nanda ingin ia yang berjanji kepada Awan bahwa ia akan berusaha menjadi yang terbaik untuk laki-laki itu dan hubungan mereka. Dalam memperlakukan Awan dan perasaannya. Juga hubungan mereka yang Awan pikir tidak pernah Nanda anggap serius.
Sudah lebih dari 10 kali mungkin, Nanda menolehkan kepalanya ke arah pintu utama, setiap ada sebuah suara kendaraan yang mendekati pekarangan rumahnya. Walau berakhir dengan rasa hampa, karena Awan tak kunjung datang.
Ia menggigiti bibir bawahnya dengan cemas. Ada satu perasaan aneh kemudian menelusup dan meraba jantungnya. Membuat nadi pada sekujur tubuhnya berdenyut tak karuan. Bukan perasaan bahagia ketika mengetahui Awan memiliki perasaan kepadanya. Namun lebih aneh dibandingkan itu.Minum. Nanda butuh minum.
Nanda mencoba mengenyahkan perasaannya yang tak beralasan, menurutnya. Lalu berpikir hendak membersihkan tubuhnya sebentar.
Nanda juga butuh mandi. Setidaknya agar isi kepalanya lebih jernih lagi.
Ia kemudian menoleh ke arah sebuah jam dinding yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri menyandarkan tubuh pada sebuah pinggiran meja dapur. Mencoba menghitung mundur tentang kebiasaan Awan yang akan hadir pada pukul-pukul larut, dan mendapati hatinya begitu lega bahwa pukul-pukul tersebut belum ada satu pun yang terlewat.
***
Nanda setengah berlari ketika kedua telinganya mendengar bell pintunya berbunyi. Entah keyakinan dari mana yang membuatnya menebak dengan sangat yakin bahwa laki-laki yang ia tunggu-tunggu kedatangannya sejak beberapa jam lalu lah yang menekan bell tersebut.
Dan memang benar.
Awan berdiri di hadapannya seperti biasa ketika laki-laki itu mampir setelah seharian bergumul dengan kesibukannya sehari-hari.
Awan pulang. Ke dalam pelukannya seperti malam-malam kemarin.
Dan akan terus begitu.
"Baru pulang...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Smell of Rain - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]
Fanfiction❗ AGE SWITCH ❗ Gemintang hanya memiliki seorang Ayah selama hidupnya. Ayah yang baik, lembut, dan penyayang. Ayah yang dapat diandalkan bahkan ketika dirinya tiba-tiba teringat ada tugas sekolah yang terlupa dan harus segera ia kerjakan. Ayah yang t...