Dua Puluh Delapan - Perigee

251 37 30
                                    

Jeremy Zucker - Always, I'll Care



Tidak ada apa pun yang terdengar setelah Awan menjawab pertanyaan Nanda. 

Kedua matanya kembali terpejam. Ada seuntai do'a yang terucap begitu saja walau hanya di dalam hatinya.

Bukan hanya do'a, namun juga sebuah permohonan.

Semoga Nanda tidak menolak sapaannya kali ini.

Semoga Nanda setidaknya membalas kalimatnya walau hanya satu kata.

Apa pun...

'Awan...?'

Awan serta merta membuka kedua matanya. Seutas senyum kemudian tercetak lebar-lebar di atas bibirnya. Ia benar-benar kesulitan menyembunyikan kebahagiaannya. 

Hanya begitu saja pun, rasanya ia mampu saat ini juga terbang pulang, lalu mengatakan bahwa ia berterima kasih karena laki-laki itu tidak membuat harapannya tumpul seperti yang sudah-sudah, walau tentu saja Nanda tidak mengetahui apa pun tentang rasa senang yang tengah bergejolak dari dalam dadanya.

Sederhana mungkin untuk orang lain, tapi tentu tidak seperti itu baginya.

"Iya. Ini Awan, Nanda..."


***


Nanda mengeratkan genggamannya pada ponselnya yang sudah basah karena tadi tubuhnya memang sudah kuyub karena air hujan. Ditambah lagi dengan rasa gugup yang tidak pernah dibayangkan oleh Nanda sebelumnya. Mendengar kembali suara laki-laki itu yang sedang berada sangat jauh darinya ternyata mampu membuat jantungnya sebegini berdetaknya.

Terasa tidak karuan, juga membuat tubuhnya lemas.

Sungguh lemas...

Ia harus bagaimana sekarang?

Berkata terus terang bahwa ia rindu?

Berterima kasih seperti hendaknya yang ia sudah tulis pada laman terakhir bukunya?

Atau bagaimana?

Namun sebelum Nanda mampu menjawab sepatah kata pun, Awan kembali mengatakan sesuatu kepadanya.

'Kabar mu sehat, Nanda...?'

Suaranya... 

Suara yang sempat menemaninya walau tak lama...
Walau hanya sebentar namun membuatnya begitu kehilangan.
Suara yang mampu membuat hatinya tak berbentuk, juga linglung.

Suara yang membuatnya jatuh cinta...

Lalu kedua telinga Nanda kembali mendengar sebuah deheman yang dibuat-buat. 

Sebuah senyum tipis kemudian tersungging begitu saja tanpa permisi. Nanda hapal sekali bagaimana raut wajah gugup milik Awan, dan ia berani bertaruh bahwa laki-laki itu sedang mengumpulkan keberaniannya agar mereka dapat mengobrol seperti waktu lampau.

Lampau...?

Satu tahun hampir tiga bulan, Nanda mencoba mengais hidupnya yang berserakan, namun kali ini tentu karena ulahnya sendiri. 

Dan Awan adalah korban perasaannya yang terluka karena masa lalu.

'Aku sehat-sehat aja di sini, walau kamu enggak nanya...' 

The Smell of Rain - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang