Lima - Petrichor

338 45 14
                                    

Awan dan Kiki tiba pada sebuah toko buku sehabis menyempatkan diri untuk makan siang dan beristirahat sejenak.
Ada beberapa peralatan yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan ATK kantor divisi mereka. Sudah banyak sekali yang habis, dan mumpung siang ini dirinya dan Kiki tengah bekerja di lapangan, maka Awan berinisiatif untuk sambil mencari segala kebutuhan di atas tadi.

Sebenarnya kantor mereka sudah menyiapkan ATK seperti bulan-bulan sebelumnya. Hanya saja karyawan yang seharusnya bertanggung jawab untuk menyalurkan ATK divisi tersebut, sudah hampir satu minggu tidak masuk kerja karena mengalami kemalangan keluarga.
Maka masing-masing divisi diminta memenuhi kebutuhan divisinya sendiri, hanya untuk bulan ini saja.

Lalu, tiba lah Awan pada deretan rak-rak buku kategori Fiksi dan Puisi.

Awan mematung sebentar.

Tiba-tiba saja ia berbelok pada salah satu lorong kategori tersebut.

Mencari-cari satu judul buku, dengan satu nama penulis yang sudah ia ingat mulai beberapa hari ke belakang.

Kedua matanya awas sekali.

Rak demi rak.
Shelving demi shelving.
Abjad demi abjad.

Dan dapat.

Permukaan kasar cover utama buku tersebut memberikan kesan klasik, sangat cocok dengan penampilan dewasa laki-laki yang bernama lengkap Ananda Rasi Thama itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Permukaan kasar cover utama buku tersebut memberikan kesan klasik, sangat cocok dengan penampilan dewasa laki-laki yang bernama lengkap Ananda Rasi Thama itu.

Nanda.

Nama panggilannya Nanda, ucap Awan di dalam hati, karena ia akui masih sangat segan menyebut nama panggilan tersebut. 

Malam itu mereka memang duduk berdampingan, dan mengobrol apa adanya.
Itu juga kalau dapat disebut mengobrol, karena pada kenyataannya yang lebih banyak bertanya adalah Awan sendiri.
Nanda akan sesekali menyahut.

Mungkin untuk orang lain, hal di atas akan membuat enggan berlama-lama.
Namun entah mengapa Awan tidak mendapatkan satu kali pun gestur Nanda menunjukkan sebuah keberatan.

Bertanya tentang mengapa Awan masih bertahan di depan pekarangan rumahnya saja pun tidak.

Maka Awan yakin sekali Nanda butuh seorang teman.
Terbukti Nanda bertahan duduk di situ bersamanya hingga memutuskan pamit masuk ke dalam rumah untuk beristirahat, setelah satu setengah jam kemudian.

Dan menjadi awal di mana Awan memberanikan diri untuk bertanya nomor kontak laki-laki itu.

"Mungkin kamu butuh aku jemput Gemintang kapan-kapan?"

"Oke..." Jawab Nanda masih dengan suaranya yang sangat kecil.


📖📖📖


The Smell of Rain - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang