SELAMAT MEMBACA
🌳
Rafi terdiam di kamarnya. Pikirannya melayang mencari tahu dimana Elora tidur malam ini, sedikit menyesal karena membiarkan gadis itu tetap pergi. Seharusnya Rafi menahan Elora dan memaksanya menginap untuk semalam. Dia mengusap wajahnya kasar, mencoba untuk tidur saja.
Hingga pagi tiba, Rafi mulai membuka matanya. Pagi ini, dia berniat pergi berolahraga bersama Difya. Ponakannya itu mengajak Rafi untuk lari pagi, kemarin.
Saat merasa siap, Rafi turun ke bawah. Dia mencomot sebuah roti selai yang sudah siap di meja makan, Rafi segera berlari keluar untuk menghampiri Difya. Saat sampai di depan rumah Yoza, dia bisa melihat Difya yang tengah bermalas-malasan dengan Yoza yang sibuk memasang sepatu.
"Kok letoy?" tanya Rafi.
"Gayanya aja yang gede. Bangun tidur aja susah banget," kata yoza.
Rafi tertawa. "Ya udah. Gak usah aja, biar paman pergi sendirian.
"NOOOO! Jangan," tolak Difya yang langsung berdiri. "Ayo," ajaknya menarik tangan Rafi keluar rumah.
"Kita pergi, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati, Difya jangan bandel."
Rafi dan Difya pergi dengan sepeda. Tangan Difya melingkar di pinggang Rafi dengan Kapala yang bersandar di punggungnya. Sepertinya gadis kecil itu masih sangat mengantuk.
"Difya jangan tidur. Nanti jatuh," kata Rafi.
"Difya gak tidur."
Tak beberapa lama kemudian, mereka sampai di taman dekat komplek. Rafi langsung memarkirkan sepedanya di tempat penitipan sepeda dan menggandeng tangan Difya.
"Ayo lari," kata Rafi.
Difya mengangguk, dia berlari di depan Rafi. Matanya mengelilingi taman, melihat pengunjung yang juga sedang berolahraga di sana. Difya melihat seekor anjing tengah berlari bersama pemiliknya, anjing kecil dengan bulu lebat berwarna putih membuat Difya memekik senang.
"Paman, anjingnya lucu."
"Iya."
"Halo anjing," sapa Difya melambaikan tangannya.
Seorang gadis yang menjadi pemilik anjing itu tersenyum, dia merasa gemas dengan Difya yang terlihat sangat lucu. Rafi kembali mengajak Difya untuk berkeliling, sampai mereka berdua merasa lelah apalagi Difya.
"Cape, paman."
"Ayo istirahat."
Difya berlari ke arah tempat duduk yang ada, Rafi berdiri di depan Difya. "Difya haus? Paman beli air dulu, Difya jangan kemana-mana."
"Oke!"
Rafi segera berjalan kearah penjual yang jaraknya tidak jauh dari sana. Tiba-tiba seseorang datang mendekati Difya.
"Halo!"
Difya menoleh, lalu tersenyum.
"Halo!"
"Kamu sendirian? Mana mamanya?"
"Difya sama paman ke sini."
"Namanya Difya, ya. Cantik, sama kayak orangnya. Kakek duduk di sini gak apa-apa, kan? Kakek cape berdiri."
Difya mengangguk, membuat laki-laki tua itu ikut duduk di dekatnya. "Kakek sendirian, ya?" tanya Difya.
"Iya. Kakek bosan di rumah, mau jalan-jalan juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
PONDOK SUARA [SELESAI]
Teen FictionSPIN OFF MIYOZA (Akan lebih baik jika membaca cerita MIYOZA dan ADORE Uterlebih dahulu) Ini adalah cerita tentang Rafi Bagaskara bersama teman-teman dan keluarganya. Bagaimana dia melewati masa remaja yang di idam-idamkan para bocah. Hidup yang tak...