SELAMAT MEMBACA
🌳
"Apa kita akan diam saja? Terhitung 20 menit kita hanya saling tatap seperti ini, sedikit membosankan sebenarnya."
"Lexi, ayo bicara. Kau bisa mengatakan semua yang kau mau, paman akan mendengarkan."
"Kau bisa--"
"Diamlah Bumi," suara Angkasa mendiami laki-laki paruh baya yang duduk tepat di antara dia dan Andromeda.
"Santai, kenapa tegang begini?" tanya laki-laki bernama Bumi itu. "Ayolah, aku jauh-jauh datang kesini untuk mengunjungi kakak sekaligus keponakanku ini."
Brak
Sebuah pistol Glock 17 Angkasa letakkan di meja dengan posisi ujung yang menghadap kearah Bumi.
"Baiklah, aku diam," kata Bumi sedikit tersenyum.
"Ku bunuh dia, tapi pastikan bahwa kau bunuh juga wanita itu," suara Andromeda membuat Angkasa dan Bumi menatapnya.
"Good girl," gumam Bumi pelan. Merasa sangat bangga dengan apa yang di ucapkan Andromeda.
"Apa yang membuatmu mulai membangkang padaku, Lexi?" tanya Angkasa menatap tajam anaknya.
"Dirimu."
"Good answer," gumam Bumi lagi. Angkasa melirik Bumi tajam.
"Kau hanya punya pilihan bunuh gadis itu, atau relakan bocah miskin itu. Mudah bukan? Jangan lupa Lexi, kau tidak sebaik ini."
Andromeda menatap tajam Angkasa, dalam situasi seperti ini, Angkasa selalu membawa Ardino.
"Dan ingatlah, kau mendapatkan jasad Darwin tidak gratis."
Kemudian Angkasa beranjak untuk keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Andromeda yang terdiam bersama Bumi. Melihat bagaimana tertekannya Andromeda, Bumi mengetuk meja untuk menarik perhatian gadis itu.
"Lakukan apa yang menurutmu benar," kata Bumi menatap lembut Andromeda. "Ayahmu memang punya alasan, tapi kau pasti tau mana yang benar dan yang salah."
"Dari awal, aku sudah salah." Andromeda membalas tatapan Bumi. "Setiap langkahku ini tidak pernah benar, karena aku memang di ciptakan untuk menjadi seorang monster, bukan?"
"Jangan bicara seperti Lexi. Paman mengerti tapi--"
"Tapi aku di minta untuk membunuhnya," potong Andromeda. "Kenapa ada manusia sekejam Angkasa? Kenapa dia harus sejahat itu?"
"Lexi--"
"Aku tau. Jangan kira aku bodoh, aku tau alasan dia memintaku melakukan ini semua. Aku akan melakukan dengan segera, dia benar, aku bukan orang baik. Jadi untuk apa aku menahan diri, lagi pula aku juga sudah lama mencarinya. Dia memang harus mati," kata Andromeda beranjak pergi.
Bumi menatap punggung Andromeda dengan tatapan yang sulit di artikan, hanya bisa menghela napas panjang. Memang seperti ini seharusnya, ini sudah mereka semua susun dan tak bisa di rusak begitu saja.
Dengan langkah pasti, Andromeda berjalan menuju lantai 3 rumahnya. Dia hendak menemui Aurora karena Angkasa baru saja pergi keluar.
Tok tok
"Bunda," panggil Andromeda.
"Nyonya sedang tidur, nona."
Andromeda melirik pelayan yang menghampirinya. "Apa aku bertanya?" tanya Andromeda membuat pelayan itu terdiam menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
PONDOK SUARA [SELESAI]
أدب المراهقينSPIN OFF MIYOZA (Akan lebih baik jika membaca cerita MIYOZA dan ADORE Uterlebih dahulu) Ini adalah cerita tentang Rafi Bagaskara bersama teman-teman dan keluarganya. Bagaimana dia melewati masa remaja yang di idam-idamkan para bocah. Hidup yang tak...