Bagian 8 - Tetap Empat

5.7K 912 129
                                    

Vote di awal yuk..

SELAMAT MEMBACA

🌳

Malam ini, Rafi tengah sibuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Ada beberapa PR yang harus dia selesaikan, tapi untung saja otak encer yang dia miliki tak membuat Rafi kesusahan. Setelah bergelut dengan beberapa rumus di bukunya, Rafi memutuskan untuk turun ke bawah dan makan malam. Kebetulan Tina juga sudah memanggilnya untuk turun atas perintah Renata.

Sampai di bawah, Rafi langsung menuju dapur dan mencuci tangan sebelum mendekati meja makan. Bertepatan dengan itu, bel rumah di tekan oleh tamu.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!"

Suara itu, Rafi mengenalnya.

"Waalaikumsalam! Tata?" jawab Renata.

"Malam, Mami Renata yang cantik."

"Malam juga. Tumben banget," jawab Renata.

"Iya hehe. Kangen Mami," jawab Karta.

Rafi hanya menatap heran pada sahabatnya itu, tumben sekali malam-malam begini Karta datang membawa tas yang terlihat penuh dengan isi.

"Aduh! Kamu ini. Ayo sekalian makan malam," ajak Renata. "Mba! Bapak mana?"

"Bapak sebentar lagi turun, Bu."

Karta menatap Rafi yang duduk di kursinya, dia berjalan canggung mendekati Rafi. Sedangkan laki-laki yang duduk itu seakan menyadari sesuatu yang jelas saja cukup aneh.

"Ada Karta?"

"Malam, Papi Bagas yang tampan," sapa Karta.

Bagas tertawa serak. "Malam. Tumben banget, ada acara?"

Karta menggeleng. "Uhm sebenernya, Karta lagi bosan di rumah. Boleh gak nginap disini?"

"Boleh dong. Ih, kamu gak perlu tanya. Mami senang kalau kamu nginap disini, Liben mana? Rumi juga," jawab Renata.

Karta kembali tertawa. "Liben di rumah, kita gak ada janjian sebenernya. Kalau Rumi mah boro-boro mau nginap, keluar malam aja gak dapat izin dari Mas Dio."

"Ya benar juga. Kalau mau nginap gak masalah, kalian bisa nginap kapanpun kalian mau. Rumi juga bisa, kan ada Mami disini," kata Bagas.

"Kita makan dulu aja. Ngobrolnya nanti," sela Rafi menghentikan perbincangan mereka.

"Iya-iya. Ayo kita makan, berdoa dulu sebelum itu."

Tak ada yang berbicara lagi, mereka fokus pada makan malam mereka. Sampai mereka menyelesaikan makannya, Rafi juga memutuskan untuk langsung naik ke atas dan beristirahat.

"Kita naik ya, Mi."

"Cepat banget."

"Biasa, Mi. Kita perlu curhat santai urusan anak laki-laki muda," cetus Karta menggendong tasnya.

Renata dan Bagas kembali tertawa. "Ya udah. Tapi jangan langsung tidur, jangan lupa sholat isya nanti."

"Siap!"

Karta berjalan santai di belakang Rafi. Memasuki kamar berukuran besar itu dengan sangat ringan langkah. Melempar tasnya ke sembarang arah dan hendak merebahkan tubuhnya di kasur tapi di hentikan oleh Rafi.

"Jangan langsung tidur," ujar Rafi.

"Iya, Kanjeng."

"Kenapa gak bilang dulu?" tanya Rafi.

PONDOK SUARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang