Bagian 24 - Sebuah Rahasia

3.9K 709 94
                                    

SELAMAT MEMBACA

🌳

Elora itu tidak terlalu suka bergabung dengan banyak orang, dia sangat jarang ke kantin. Dia juga jarang makan di kantin, entah bagaimana caranya untuk mengisi perut, Elora saja yang tahu. Seperti sekarang, dia tengah duduk santai di taman.

"Hai."

Elora mendongak. "Hai," sapanya balik pada Rumi.

"Gak ke kantin?" tanya Rumi.

"Enggak. Lo kenapa disini? Tumben gak sama sahabat lo?"

"Tadi aku bawa bekal, terus kita udah pada makan. Aku bosan, jadi izin keluar sama mereka."

"Enak banget, ya. Bisa di jagain tiga cowok sekaligus."

"Alhamdulillah, aku punya mereka yang bisa jagain aku."

Elora mengangguk singkat.

"Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Rumi.

"Kalau gue gak baik-baik aja, gak mungkin gue disini sekarang."

"Iya juga," jawab Rumi. "Oh iya, aku baru tau kalau kamu kerja di restoran mas Dio."

"Gue juga baru tau kalau bos gue itu abang lo."

"Kalau tau gitu, aku bakal sering-sering main ke sana. Aku tu kadang bosan di rumah sendirian, kalau mas Satriyo sibuk urusan kampus," jelas Rumi.

Elora tersenyum tipis. "Harus bisa terbiasa sendirian. Karena gimanapun, kita semua bakal sendirian pada akhirnya," ujar Elora membuat Rumi terdiam.

"Elora."

"Apa?"

"Mungkin kita gak dekat banget, tapi aku senang bisa kenal kamu. Aku senang bisa ngobrol sama kamu, aku ngerasa punya teman perempuan yang kuat kayak kamu itu adalah hal yang luar biasa."

"Lebay."

"Aku serius. Aku berharap kamu juga mau jadi teman baik aku, aku bakal makin senang."

"Kan lo emang teman gue."

Rumi tersenyum. "Rafi pernah bilang kalau kamu lagi dalam masalah, aku gak mau tanya lebih. Cuma mau bilang, apapun yang terjadi, aku yakin kamu kuat untuk jalanin hidup kamu dan selesaikan masalah kamu."

Elora menatap Rumi dalam. "Makasih," kata Elora. "Lo baik banget."

"Karena kamu juga baik."

Rumi tersenyum, tiba-tiba Mecca dan teman-temannya datang membuat Elora dan Rumi menatap malas pada keempat gadis itu.

"Well, akhirnya si beban sekolah juga. Gue pikir udah di telan bumi," celetuk Mecca dan di sambut tawa dari teman-temannya.

"Lo dengar suara gak sih?" tanya Elora pada Rumi.

Rumi mengangguk semangat. "Dengar, tapi kok gak ada orangnya?"

Wajah Elora mengeluarkan ekspresi terkejut dan takut-takut. "Apa jangan-jangan ada demit lagi," ujarnya.

Mecca terlihat sangat kesal. "Heh," sentak Mecca mendorong bahu Rumi dengan keras.

"Aw, sakit. Kok kasar banget sih," kata Rumi berdiri.

"Sok cantik lo. Selagi kita ketemu gue kasih tau ke lo. Gue bener-bener muak liat lo, berhenti caper ke Tulus. Lo murah banget tau gak? Gak puas sama tiga temen cowok lo? Masih mau nempelin Tulus juga? Heran gue. Udah kayak jalang, nempel sana nempel sini, kemana-mana sama cowok, kerjaan lo di gilir mereka?"

PONDOK SUARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang