Bagian 18 - Cuma Teman

4.3K 763 171
                                    

SELAMAT MEMBACA

🌳

Berjalan santai melewati koridor sekolah di pagi ini, Elora terlihat tidak bersemangat untuk sekolah. Entah apa yang gadis itu pikirkan hingga dia tidak fokus dan menabrak seorang murid laki-laki.

"Sorry," kata Elora.

"Gila. Buku gue jadi basah," ketus murid bernama Rangga itu. Ternyata dia membawa sebuah buku dan air es di tangannya.

"Aduh, gue beneran gak sengaja. Perlu gue ganti?" tanya Elora merasa tidak enak.

"Lo pikir gue miskin? Ni buku gak seberapa. Isinya yang penting, ini buku kimia gue," ketus Rangga.

"Biar gue catatin ulang," ujar Elora mulai kesal.

"Anak IPS kayak lo mana ngerti kimia. Lagian lo kalau jalan lihat-lihat dong, nyusahin aja."

"Santai dong. Gue gak sengaja, udah minta maaf juga. Mau lo apa sih? Ngeselin banget."

"Ck, gue mau buku gue balik kayak semula. Gue gak mau tau," ujar Rangga.

"Tadi mau di tulisin ulang gak mau, sekarang minta tu buku balik. Lo nyari gara-gara banget, ya. Jangan buat mood gue makin buruk."

"Halah, cewek kayak lo emang bisa apa? Harusnya lo yang gak usah nyari gara-gara. Lagian mana gue peduli mood lo buruk."

"Sini buku lo, gue catat ulang. Gak usah bikin ribet masalah kecil begini."

"Masalah kecil lo bilang? Ini buku catatan gue, lo kira enak nyatat segini banyaknya? Gak usah ngesok, urusin aja hidup lo yang kelihatan gak guna itu."

Bugh

Elora memukul Rangga.

"Sialan lo. Cewek gila," ujar Rangga menyentuh sudut bibirnya.

"Apa? Mau bales? Hayoo balas," sentak Elora.

Brukk

Rangga mendorong tubuh Elora hingga membentur dinding.

"Woy!"

"Wah wah, parah. Lo cowok, kasar banget sama cewek. Keterlaluan lo," ujar Dandi yang langsung berlari dan menyembunyikan Elora di belakangnya.

"Gak usah ikut campur," ketus Rangga. "Ni cewek gila. Dia yang salah dia yang marah."

"Itu juga karena lo nyebelin," balas Elora.

"Udahlah, masih pagi ini. Nanti kalau di lihat pak Didit, kalian bakal di hukum, mau?" tanya Dandi.

Rangga menatap kesal kedua orang itu, lalu berjalan pergi dengan menatap Elora tajam. Elora membalas tatapan tajam Rangga lalu mendengkus setelahnya.

"Ayo ke kelas," ajak Dandi.

Elora hanya diam dan berjalan cepat ke kelasnya. Tanpa mereka sadari, ada seorang Rafi yang sedari tadi melihat apa yang terjadi.

"Bapak lo kapan pensiun, sih?" ketus Elora.

"Lah, mana gue tau. Bagusan bapak gue masih disini, gak kasihan kalau nanti dia gak bisa nyari nafkah buat ibu sama gue?"

"Halah, Abang lo udah kerja, kan? Gajinya juga gede," cetus Elora membuat Dandi tersenyum lebar.

Dandi memang anak bungsu dari pak Didit, dia memiliki seorang kakak laki-laki yang lebih tua dari Dandi beberapa tahun dan bekerja di sebuah perusahaan dengan jabatan yang lumayan tinggi.

PONDOK SUARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang